Istri Gus Mus Wafat

Mustofa Bisri alias Gus Mus (kiri), bersama istrinya, Siti Fatma.
Sumber :
  • Nu.or.id

VIVA.co.id - Siti Fatma, istri Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Mustofa Bisri alias Gus Mus, wafat pada Kamis, 30 Juni 2016. Dia meninggal dunia Rumah Sakit Umum Daerah Rembang, Jawa Tengah, pada pukul 13.30 WIB.

GP Ansor Ungkap Makna Gowes 90 KM, Simbol Perjuangan Menuju Indonesia Emas 2045

Kabar duka itu disampaikan Hanna, seorang keponakan Almarhumah, seperti dikutip dari laman resmi NU, Nu.or.id. “Jenazah rencananya akan dimakamkan Jumat pagi,” katanya.

Robikin Emhas, Ketua Pengurus Besar NU, membenarkan juga kabar duka itu. “Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun. Telah wafat Ibu Nyai Hajjah Siti Fatma Mustofa Bisri (istri Gus Mus). Mohon barokah doa. Alfatihah.”

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Gus Mus, yang juga pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin di Rembang, menikah dengan Siti Fatima pada tahun 1971. Mereka dikaruniai tujuh orang anak, enam di antaranya perempuan.

Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad Bisri Mustofa, yang lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana. Gus Mus sehari-hari tinggal di lingkungan pesantren hanya bersama istri dan anak keenamnya, Almas.

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor yang Jadi Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif

Saat perayaan ulang tahun ke-44 pernikahan mereka pada tahun 2015, Gus Mus dan Fatma mengakui tak pernah sekali pun menyatakan cinta dalam kata-kata.

Gus Mus menuliskan dalam akun Facebook-nya, Facebook.com/simbah.kakung, kala itu: 

Kemarin, 19 September, 44 tahun yang lalu, aku menyatakan “Qabiltu nikãhahã…” ketika Kiai Abdullah Chafizh –Allahu yarham– mewakili Kiai Basyuni, mengijabkan puterinya, Siti Fatma, menjadi isteriku.
Sejak itu berdua kami mengarungi pahit-manis-gurih-getirnya kehidupan.

Selama itu --hingga kami dikaruniai 7 orang anak, 6 orang menantu, dan 13 orang cucu-- seingatku, belum pernah aku mengucapkan kepada teman hidupku ini: "I love you", "Aku cinta padamu", "Anä bahebbik", "Aku tresno awakmu", atau kata-kata mesra sejenis. Demikian pula sebaliknya; dia sama sekali belum pernah mengucapkan kepadaku kata rayuan semacam itu. Agaknya kami berdua mempunyai anggapan yang sama. Menganggap gerak mata dan gerak tubuh kami jauh lebih fasih mengungkapkan perasaan kami.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya