Pemalsu Vaksin Ungkap Cara Kenali Produk Tak Asli

Vaksin palsu yang ditemukan Polri dalam penggerebekan di Tangerang, Banten
Sumber :
  • Syaefullah/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Para tersangka pembuat vaksin palsu mengungkapkan cara sederhana membedakan vaksin produksi mereka dengan yang asli. Sebab, jika dilihat sepintas, semua kemasan vaksin palsu produksi mereka sesuai dengan ciri-ciri vaksin asli.

Hoaks, WHO Temukan Vaksin COVID-19 Palsu di Indonesia

Hal ini diungkapkan Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Martinus Sitompul dalam perbincangan di program Apa Kabar Indonesia Pagi di tvOne, Selasa, 28 Juni 2016.

"Pelaku ini menginformasikan, mereka tahu mana yang palsu dan tidak di pasaran. Apabila diaduk, jika bening sudah pasti palsu, itu cairan infus. Kalau asli dia keruh," tutur Martinus.

WHO Temukan Vaksin Palsu COVID-19 di India dan Afrika

Selain itu, mereka bisa mengenali hasil karya sendiri melalui kode produksi yang terpampang pada label di kemasan vaksin. "Dari label itu ada kode tertentu, mana yang hasil produksi dia, labeling dia, mana yang pabrikan," katanya.

Dari pemeriksaan sementara juga diketahui, para tersangka sengaja memalsukan merek vaksin dari luar negeri, karena memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan vaksin lokal yang umumnya diberikan untuk vaksin wajib sesuai program pemerintah.

Lebih 2.500 Warga India Jadi Korban Vaksin COVID-19 Palsu

"Yang dipalsukan umumnya dari luar, karena harganya lebih tinggi. Misalnya merek P dengan nama vaksinasi S, dijualnya Rp800 ribu, mereka jual Rp300 ribu, jauh di bawah harga pasaran," ungkapnya.

Melihat kondisi ini, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa vaksinasi impor umumnya diberikan sesuai kesediaan masyarakat dan tersedia di rumah sakit swasta.

"Vaksin itu yang disubsidi ada enam, ada delapan lagi yang tidak disubsidi. Yang enam itu gratis di puskesmas. Tapi, vaksin yang non subsidi harganya relatif mahal karena impor dari luar. Harga global pun masih mahal untuk vaksin non program, biasanya didapatkan di rumah sakit swasta," katanya.

Dia pun menjelaskan, jika produksi vaksin itu dibuat sangat mirip dengan kemasan asli, sesuai penjelasan Martinus, maka sulit bagi dokter untuk membedakan keduanya. Namun, dia pun meminta dokter menerapkan prosedur standar sebelum memberikan obat, yaitu memeriksa segel dan juga masa kedaluwarsa obat, termasuk kode nomor pada kemasan vaksin.

"Kalau proses pembuatan itu sangat mirip, itu sangat susah juga, kecuali kami ikuti SOP sebelum memberikan vaksin," tutur Piprim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya