- REUTERS
VIVA.co.id – Lembaga End Child Prostitution, Pornography and Trafficking for Sexual Purposes atau ECPAT Indonesia mengimbau masyarakat khususnya para orang tua agar memperhatikan anak agar tidak menjadi objek pariwisata seks anak (PSA) yang menurut ECPAT bisa terjadi di mana saja termasuk di Indonesia yang memiliki banyak daerah wisata.
Dijelaskan ECPAT, pariwisata seks anak adalah eksploitasi terhadap anak di daerah pariwisata yang melibatkan pemberian uang, pakaian, makanan atau dalam bentuk pemberian lainnya terhadap anak secara langsung atau melalui perantara orang lain. Sebagai gantinya, anak yang disasar secara langsung ataupun tidak, bisa dijadikan objek seksual.
"PSA dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama, khususnya jika ada proses grooming di mana pelaku berteman dengan anak yang rentan dan berusaha mendapatkan kepercayaannya sebelum dieksploitasi," kata Koordinator Nasional ECPAT, Ahmad Sofian, di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.
Dia memaparkan sejumlah kategori pelaku PSA baik oleh laki-laki maupun perempuan. Pelaku dikatakannya bisa melakukan karena ingin mencoba-coba. Sementara pelaku lainnya disebut kategori preferensial yaitu pelaku yang memang menginginkan eksploitasi seksual terhadap anak. Sementara kategori yang juga harus diwasapadai adalah pelaku paedofilia.
"Korban akan mengalami dampak emosional, psikologis dan fisik yang berat. Kekerasan fisik yang dialami dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan takut, sedangkan masalah psikologis yang ditimbulkan adalah rasa bersalah, rendah diri dan depresi," katanya.
Dalam sejumlah kasus PSA,ECPAT mencatat bahwa korban bisa melakukan bunuh diri dan rentan terkena HIV/AIDS. Oleh karena itu ECPAT meminta masyarakat lebih peduli dalam pemilihan agen perjalanan dan pariwisata. Pula masyarakat diminta memperhatikan situasi anak-anak di daerah pariwisata sehingga tidak dijebloskan dalam aktivitas seksual untuk kepentingan ekonomi.
Prostitusi Anak Makin Menjadi-jadi di Jakarta
Aktivitas prostitusi secara terselubung yang melibatkan anak di bawah umur masih terus muncul di Ibu Kota Jakarta walau terus diberantas aparat kepolisian.
