BNPB: Lebih 2.600 Rumah Rusak akibat Gempa Sumbar

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Sumber :
  • Antara/ Irsan Mulyadi

VIVA.co.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui informasi tentang dampak kerusakan akibat gempa bumi yang berpusat di laut Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis pagi, 2016.

Hasil Survei, Ini 5 Kota Terbaik di Indonesia untuk Berwisata dan Habiskan Masa Tua

Dilansir dari siaran pers BNPB kepada VIVA.co.id, sebanyak 2.663 unit rumah rusak dan 103 unit kelas sekolah rusak akibat gempa berkekuatan 6,5 skala richter itu. Rumah-rumah dan sekolah yang rusak sebagian besar berada di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kerinci, dan Kota Padang.

Sebanyak 114 rumah di antara ribuan bangunan itu rusak berat akibat guncangan gempa. Sebanyak 612 rumah rusak sedang dan 1.905 rumah rusak ringan.

Usai Dihancurkan, Rumah Singgah Bung Karno Bakal Dibangun Ulang

Gempa yang terjadi pada Kamis subuh itu juga menewaskan seorang, yakni Awaludin (80 tahun), warga Kota Padang, dan melukai 18 orang. Korban meninggal saat merasakan guncangan gempa yang keras dan mendadak terkena serangan jantung. Sedangkan korban luka-luka sebagian besar tertimpa bangunan yang roboh dan saat evakuasi.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, daerah yang paling parah terdampak gempa adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Meliputi Kecamatan IV Jurai, Linggo Sari Baganti, Lenggayang, Ranah Pesisir, Pancung Soal, dan Ranah Ampek Hulu.

Angka Pengangguran di Kota Padang Turun, Dekati Level Sebelum Pandemi

Sedangkan di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, kerusakan rumah meliputi 20 rumah rusak berat, 31 rumah rusak sedang, dan 97 rumah rusak ringan. Kerusakan tersebar di Kecamatan V Koto, Kecamatan Lubuk Pinang, dan Kecamatan XIV Koto.

Di Kabupaten Kerinci, Jambi, terdapat satu rumah rusak berat, tiga rumah rusak sedang, dan tujuh rumah rusak ringan.

“BPBD masih melakukan pendataan. Diperkirakan masih ada bangunan yang rusak dan belum dilaporkan karena kondisi cuaca yang sering hujan dan beberapa lokasi sulit dijangkau,” kata Sutopo melalui keterangan tertulis itu yang diterima VIVA.co.id pada Sabtu, 4 Juni 2016.

Banyak rumah dan bangunan yang rusak, katanya, disebabkan belum diterapkan konstruksi bangunan tahan gempa. Rumah-rumah yang rusak tidak memiliki struktur kaku seperti beton bertulang yang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa.

“Kolom-kolom dan balok pengikat yang kuat dan ditopang oleh fondasi yang baik akan mengurangi kerusakan akibat gempa,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya