Motif WNI Gabung ISIS: Hidup Bergaya Bak Bintang Lima

Kelompok radikal ISIS.
Sumber :
  • www.rt.com

VIVA.co.id - Masyarakat Indonesia banyak yang tergoda untuk pergi ke Suriah dan mendukung kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di sana. Menurut Peneliti Pusat Kajian Teroris dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, setidaknya ada lima alasan utama yang mendorong mereka nekat masuk ke kawasan konflik itu.

Waspadai 500 WNI yang Baru Pulang dari Suriah

"Kalau di-cluster paling tidak ada lima alasan utama mereka pergi ke sana," kata Solahudin di Hotel Ibis Budget, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 25 Mei 2016.

Alasan pertama adalah membela kelompok Sunni yang ditindas Syiah. Kata Solahudin, banyak masyarakat percaya bahwa pimpinan Suriah saat ini, Presiden Bahsar al-Assad yang didukung kelompok Syiah, mendiskriminasi kelompok Sunni. Banyak pihak percaya bahwa kelompok yang paling mungkin untuk melawan adalah ISIS.

WNI Pemburu Biksu Buddha Ditahan di Malaysia

"Kelompok oposisi yang punya kekuatan militer mumpuni untuk menggulingkan Assad adalah ISIS," ujar Solahudin.

Alasan lainnya, mereka percaya bahwa daerah Suriah akan menjadi lokasi perang akhir zaman atau al-malhamah al-kubra.

Simpatisan ISIS yang Ditangkap Polda Sumsel Ingin ke Suriah

"Sebagian besar ingin bergabung menjadi bagian dari pasukan Imam Mahdi," kata Solahudin.

Kepercayaan tersebut mereka legitimasi dengan hadis yang menyebutkan bahwa perang akhir zaman akan terjadi di sekitar kawasan itu, yaitu di Syam atau wilayah sekitar Suriah, Lebanon, dan Palestina.

Kemudian, banyak masyarakat yang tergoda pergi karena melihat ISIS adalah kelompok yang paling komitmen menegakkan syariat Islam. "Ketika menguasai suatu daerah ISIS selalu menerapkan syariat Islam," katanya.

Faktor keempat, selalu ada propaganda bahwa membela ISIS akan mendapatkan imbalan hidup bergaya bak bintang lima. "Sering disebut sebagai jihad bintang lima," kata Solahudin.

Hal itu karena mereka yang menyebarkan propaganda selalu memberikan iming-iming gaji besar, hidup dijamin, dan semua fasilitas mewah lainnya.

"Akan dapat hal yang menggiurkan. Gaji bulanan, istri dapat santunan, semua gratis. Hotel, apartemen, bensin, kesehatan, semua gratis," katanya.

Namun, untuk hal ini, sudah banyak kasus warga Indonesia kembali lagi dari Suriah karena mendapati janji tersebut ternyata palsu. Janji gaji besar yang mereka gembar-gemborkan ternyata tak terwujud.

"Di sana mereka ternyata digaji sekitar 50 Dolar AS, itu 2014," katanya.

Jadi banyak masyarakat pergi bukan karena ingin berjihad, tapi motif ekonomi. Terakhir, adanya alasan mereka rindu berada di bawah naungan khilafah. "Dari identifikasi polisi ada 480 orang Indonesia yang ada di Suriah," ungkap Solahudin.

Jumlah ini baru dihitung dari warga yang berangkat ke Suriah dari Indonesia. Namun, jumlah sebenarnya diperkirakan leih banyak karena data itu belum mencakup warga Indonesia yang ke Suriah dari luar negeri. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya