Luhut Beberkan PKI Ingin Kuasai Indonesia

Menkopolhukam, Luhut Binsar Pandjaitan.
Sumber :
  • Aryo Wicaksono/VIVA.co.id

VIVA.co.id –  Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Pandjaitan, membeberkan kenapa pemerintah menjaga diri dari bahaya laten komunis.

Luhut Diminta Jokowi Tak Jabat di Golkar

Dia mengaku, memang ada kekhawatiran bangkitnya paham komunisme di Indonesia. Belajar dari efek domino di Vietnam pada 1965 terkait paham komunisme.

"Anda mungkin masih ingat tahun 1965, domino teori yang datang dari Vietnam itu semua itu ketakutan bahwa komunis itu akan berkembang. Ini yang menjadi supaya anda juga paham kita tetap melihat ini bahaya yang perlu kita hati-hati," jelas Luhut dalam Coffie Morning bersama wartawan, di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat 20 Mei 2016.

Setnov Menang, Luhut Sanjung Kematangan Sikap Akom

Luhut menjelaskan, Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia punya benang merah untuk menguasai negara ini dan menanamkan paham komunis, bukan Pancasila.

Jelas Luhut, tragedi Gerakan 30 September 1965 yang disebutnya sebagai upaya kudeta, bukan peristiwa tunggal. Dimulai dari lahirnya PKI, hingga terjadi peristiwa Madiun tahun 1948 dibawah pimpinan Muso. Lalu lanjut Luhut, peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara pada 1963 terkait dengan tanah, yang diduga melibatkan PKI. Hingga kemudian pembunuhan para jenderal pada 30 September 1965.

Munaslub Partai Golkar, Pertarungan JK dan Luhut?

"Jadi ada benang merah kalau PKI itu sebenarnya ingin membuat Indonesia menjadi komunis," kata Luhut.

Walau demikian, menurutnya negara dengan rakyat yang sejahtera yang bisa menghalau paham-paham seperti komunis. Sehingga, tidak ada lagi paham komunis, leninisme dan marxisme tumbuh subur kalau rakyat sejahtera.

Ia yakin, rakyat Indonesia tidak ingin menjadi negara komunis. Luhut mencontohkan Korea Utara, yang hidup tidak bebas dan di bawah kediktatoran pemimpin.

"Kan enggak ada orang mau seperti Korea Utara. Siapa yang mau seperti Korea Utara, bertentangan tangkap bunuh. Enggak mau kan. kita lebih enak begini, merdeka, ngomong apa aja bebas kadang-kadang enggak bertanggungjawab juga yang ngomong itu, asal aja," jelas politisi senior Partai Golkar itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya