Korban Pengungsi Tanah Bergeser Garut Dilanda Kecemasan

Kondisi rumah salah seorang warga di lokasi pergerakan tanah di Kabupaten Garut Jawa Barat, Kamis (12/5/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Diki Hidayat

VIVA.co.id – Belum adanya tindakan pemerintah untuk merelokasi warga di lokasi pergeseran tanah di Kabupaten Garut Jawa Barat membuat kecemasan terus melanda. Kini warga terpaksa terus bertahan di lokasi pengungsian darurat.

Jumlah ODP Corona di Kabupaten Garut Bertambah 4 Orang

Ayi Sulastini, penjabat sementara Desa Sindangsari yang kini menjadi lokasi terparah pergerakan tanah, khususnya di Kampung Ciawi, Slawi, Langkob dan Sawah Hilir Kecamatan Cisompet, mengaku sejak Februari lalu, sudah ada tiga warganya yang meninggal.

"Warga kami itu meninggal bukan karena bencana, tetapi sakit selama mengungsi, ya yang namanya di tempat pengungsian segalanya darurat," ujar Sulastini.

Fenomena Tanah Retak Rusak Enam Rumah Warga di Limapuluh Kota

Selama di pengungsian, menurut Ayi, warga menjadi rentan sakit akibat tenda pengungsian yang tidak sempurna untuk berlindung. Terutama malam hari dan saat cuaca hujan, sehingga membuat banyak warga stres memikirkan nasib ke depan.

Apalagi kini hujan semakin memperparah kondisi. Sehingga membuat rumah warga banyak yang retak dan akhirnya roboh. "Tiap jam getaran terasa, retakan tanah semakin besar, apalagi saat musim hujan retakan tanah kemudian longsor," katanya.

Tanah Retak di Garut Bisa Bikin Rumah Ambruk

Selama ini, belum adanya respons pemerintah soal relokasi membuat warga lokasi pengungsian mempergunakan lapangan voly yang berada di atas tanah carik Desa Sindangsari. Hingga kini kondisinya terus memburuk.

"Harapan warga disini untuk segera direlokasi ke lokasi aman belum juga direalisasikan pemerintah, padahal kami ingin segera pindah," kata Ayi.

Cegah Corona, 500 Alat Semprot Disinfektan Elektrik Dibagikan di Garut

Kadin Garut menggandeng ormas bagikan alat semprot disinfektan.

img_title
VIVA.co.id
26 Maret 2020