Di Markas Abu Sayyaf Selalu Terdengar Orang Salat dan Ngaji

Ilustrasi/Kelompok Bersenjata Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/news.siteintelgroup.com

VIVA.co.id – Julian Philip (50), mantan korban sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, memaparkan kesaksiannya soal aktivitas kelompok yang telah berafiliasi dengan ISIS tersebut.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Pengakuan pria beragama Kristen asal Minahasa Manado ini, di markas Abu Sayyaf, selalu terdengar lantunan suara orang mengaji dan melakukan salat lima waktu. “Suasana itu (salat dan mengaji) setiap hari terjadi,” kata Julian di Manado, Rabu, 4 Mei 2016.

Bahkan, sejak awal disandera kelompok Abu Sayyaf, Julian dan rekannya langsung diingatkan oleh Kapten mereka Peter Tonsen Barahama untuk mengaku sebagai Muslim.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Sebab, konon kabarnya dengan mengaku Muslim, maka sandera tidak akan mendapatkan perlakuan buruk dari anggota kelompok bersenjata Abu Sayyaf.

“Sejak awal, Kapten Peter Tonsen Barahama meminta kepada teman-temannya agar menyebutkan kalau mereka semua Muslim, sehingga tidak mendapat siksaan dari Abu Sayyaf," kata Julian.

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Atas itu, Julian yang non Muslim, termasuk Kapten kapal Peter Tonsen Barahama dan Alvian Elvis Repi (32), akhirnya belajar salat dan mengaji. Ternyata benar, praktik salat dan mengaji memang diminta oleh kelompok Abu Sayyaf.

“Karena sudah diajarkan teman-teman, saya pun bisa mengaji dan salat. Salat sama-sama dan baca ayat Alquran pun sama-sama," kata Julian.

Kini, Julian telah kembali bersama keluarganya. Ia telah dibebaskan bersama sembilan rekannya pada Minggu, 1 Mei 2016 di kediaman Gubernur Sulu Filipina.

Seluruh sandera dibebaskan berkat negosiasi alot dan pendekatan kekeluargaan. Tidak ada pembayaran tebusan apa pun terhadap pembebasan mereka. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya