Pembebasan 10 WNI dari Abu Sayyaf Dianggap 'Mukjizat'

Sepuluh warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf sejak 26 Maret 2016 akhirnya tiba di Indonesia, Minggu malam, 1 Mei 2016.
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA.co.id – Charlos Barahama (64) masih tak percaya kelompok bersenjata Abu Sayyaf telah membebaskan anaknya Peter Tonsen Barahama. Sebab itu ia menganggap kabar pembebasan nakhoda kapal Brahma 12 itu sebagai mukjizat.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

“Semua karena anugerah dan mukjizat dari Tuhan. Saya sendiri belum yakin, padahal sudah dapat info dari siang hari," ujar Charlos, Senin 2 Mei 2016.

Ia mengaku, pembebasan itu juga tak lepas dari doa semua pihak untuk kebebasan anaknya dan seluruh anak buah kapal Brahma 12. "Semua keluarga bahkan semua warga Indonesia ikut mendoakan agar secepatnya Peter dan teman-teman dibebaskan setelah 35 hari disandera," kata dia.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Charlos kini sementara hanya bisa memantau informasi perkembangan anaknya dari televisi. Sebab itu, ketika melihat anaknya di televisi, Charlos merasa lega dan bahagia.

Baca Juga:

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

"Dia (Peter) tahu kalau orang tua dan keluarganya melihat dia di televisi. Peter menyimpan tanggungjawab besar yang harus dia pertanggungjawabkan ke perusahan karena sebagai kapten kapal," ujar Charlos.

Peter Tonsen Barahama bersama sembilan ABK Brahma 12 telah dibebaskan kelompok bersenjata Abu Sayyaf pada Minggu 1 Mei 2016. Sepuluh sandera ini dibebaskan tanpa kontak senjata dan pembayaran uang tebusan.

Negosiasi dan pendekatan kekeluargaan yang dibantu banyak pihak membuat 10 WNI yang telah disandera sejak 26 Maret 2016 itu bisa dibebaskan.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya