Sampah di Lereng Semeru 38 Truk

Ranu Kumbolo, danau di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka

VIVA.co.id – Gunung Semeru setiap tahun dibuka untuk pendakian rata-rata selama delapan bulan. Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menutup pendakian selama empat bulan untuk mengembalikan fungsi ekosistem kawasan.

Pasar Oro-oro Dowo, Satu-satunya Pasar Ber-SNI Bayarnya Non Tunai

Selama delapan bulan pendakian, komunitas peduli sampah di Desa Ranupane Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur menghitung volume sampah mencapai 38 truk selama musim pendakian 2015. Jumlah itu meningkat jauh dibanding pada musim pendakian tahun 2014 sebanyak 16 truk.

Koordinator Sahabat Volunter Semeru (Saver) Cak Yo mengatakan masalah sampah di Ranupane, semakin tahun semakin bertambah banyak. Peningkatan sampah mengikuti pesatnya jumlah pengunjung yang naik ke lereng Semeru lewat pos Ranupane di Desa Ranupane Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur.

Tinggal Sendirian, Nenek 99 Tahun Tertimpa Reruntuhan Rumah

“Dari sampah sebanyak itu, tahun 2015 hanya sekitar 38 truk saja yang bisa dijual menjadi uang karena berbentuk plastik dan botol minuman,” kata Cak Yo, Sabtu 30 April 2016.

Komunitas Saver yang terbentuk pada tahun 2014 dengan anggota terbatas sebanyak 35 orang gabungan dari empat kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Kabupaten Pasuruan fokus pada penanganan sampah di lereng Semeru dan berkumpul di Ranupane sebagai pusatnya.

Angin Kencang di Batu Malang, 1 Warga Tewas Ratusan Mengungsi

Selama ini mereka mengaku kesulitan dalam memberdayakan masyarakat setempat untuk peduli sampah. Sementara peran pemerintah disebut sangat minim. Saver mengaku membutuhkan bantuan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat terutama dalam hal peningkatan kemampuan memilah dan mengolah sampah.

Meskipun belakangan pemerintah setempat mulai berubah. Sejumlah komunikasi telah dilakukan pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menyiapkan bank sampah di Ranupane, pos pendakian pertama Gunung Semeru.

Rencana itu menurutnya terealisasi berupa penyediaan lahan seluas 200 meter persegi di Ranupane oleh pemerintah setempat. Selain itu, pemerintah juga menjanjikan mesin pencacah sampah plastik untuk meningkatkan nilai ekonomis sampah.

Cak Yo menambahkan kerja sama antara 3.000 jiwa penduduk Ranupane dan pemerintah penting untuk menanggulangi masalah sampah.

“Selama ini keterlibatan pemerintah sangat minim, tak ada bantuan pemberdayaan untuk memilah sampah. Untuk rencana Bank Sampah ini kami berharap pemerintah ikut membantu proses pemberdayaan seperti pelatihan dan mesin pencacah. Harapan kami masyarakat di sini akan sadar bahwa sampah memiliki nilai jual dan terlibat aktif di dalamnya,” tuturnya.

Bupati Lumajang As’at mengatakan pihaknya akan membantu masyarakat dengan berbagai fasilitas dan informasi untuk meningkatkan nilai sampah, manajemen bank sampah dan membantu mesin pencacah plastik agar sampah plastik bisa dijual dengan harga lebih baik. Menurutnya pemerintah selama ini sudah terlibat dalam penanganan sampah, meski dipusatkan di kantor Kecamatan Senduro.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya