- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Sejumlah ahli akan membedah lebih dalam tentang strategi kebudayaan Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) pada Creative Cultural Forum (CCF) yang digelar di Universitas Indonesia (UI) pada 2-4 Mei 2016. Forum ini diharap bisa menjawab berbagai pertanyaan tentang strategi kebudayaan, revolusi mental dan manusia Indonesia.
Alumni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (FIB-UI) sebagai penyelenggara akan memfasilitasi peserta untuk mendengar uraian para ahli, seperti, Prof. Dr. Melani Budianta, Guru Besar Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Prof. Dr. Hamdi Muluk, dari Pokja Revolusi Mental, Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, Pengamat sosial budaya, Dr. Daniel Dhakidae. Sementara pembicara kunci adalah Menteri PMK, Puan Maharani. Hari pertama pelaksanaan CCF 2016 juga akan dibuka Rektro UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis.
Sementara pada hari kedua, perbincangan forum seputar ekonomi kreatif. Sebuah kebangkitan industri berbasis ide-ide kreatif akan dibahas tuntas oleh narasumber dari Badan Ekonomi Kreatif. Ada Ricky Pesik (Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif), Ipang Wahid (Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional), Achmad Zaky (Founder Bukalapak), Ridzki Kramadibrata (Managing Director Grab Indonesia), dan alumni Wirausaha Muda Mandiri (WMM) Bank Mandiri. Pada hari ketiga forum akan membahas topik seputar peluang kerja di era digital, tantangan dan peluang.
Creative Cultural Forum 2016 juga akan menggelar berbagai karya kreatif anak bangsa dalam berbagai tampilan. Sebelumnya pada periode April hingga Juni, panitia telah mengadakan lomba Video kreatif dan karya tulis dengan tema Anak Muda Bicara Revolusi Mental.
"Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis wacana revolusi mental dan relevansinya bagi manusia Indonesia. Konsep-konsep yang mendasari gerakan revolusi mental belum terlalu jelas, demikian juga dengan implementasinya, maka kita berinisiatif membawa topik ini dalam kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,” ujar Ketua Panitia CCF 2016, Teddy Ichsan.
Ditambahkan Teddy, jika momentum pembenahan mental melalui revolusi tidak segera disikapi maka yang terjadi gerakan revolusi mental hanya sekedar jargon dan hanya bergema sebagai wacana. Sikap kritis perlu ditujukan kepada gerakan revolusi mental. Agar gerakan ini tidak berhenti hanya sebagai sebuah semboyan.