Teroris Indonesia Asli Jihad, Bukan karena Ekonomi

Ali Imron, terpidana seumur hidup kasus Bom Bali tahun 2002, saat di Malang Jawa Timur, Senin (25/4/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A Pitaloka

VIVA.co.id – Ali Imron, terpidana seumur hidup kasus peledakan bom bali pada tahun 2002, menilai ada perbedaan konsep jihad yang dilakukan kelompok teroris di Indonesia.

Anak Korban Bom Bali Ungkap ke Ali Imron Lihat Jenazah Ayah Hangus

Pria yang merupakan adik kandung dari Amrozi, pelaku bom bali itu, menyebut bahwa gerakan teroris di Indonesia tidak didasari oleh motif ekonomi seperti anggapan pemerintah.

"Tujuan teroris di Indonesia itu jihad, hanya sedikit sekali motif ekonominya,” kata Ali Imron yang didaulat menjadi pembicara di seminar resimen mahasiswa di Jawa Timur, Senin 25 April 2016.

WNI Eks ISIS Diyakini Bisa Tobat seperti Napi Teroris Umar Patek

Ali imron yang hari itu dihadirkan bersamaan dengan Umar Patek yang juga pelaku bom Bali, mengakui bahwa dirinya bukanlah kelompok Islam radikal dari Suriah atau ISIS.

Ia menyebut dirinya merupakan generasi penerus Negara Islam Kartosuwiryo generasi keempat yang tergabung dalam Jamaah Islamiyah (JI). Bertujuan untuk mendirikan negara Islam tidak dengan cara kekerasan.

Istri Umar Patek Resmi Jadi WNI Setelah Tujuh Tahun Penantian

"Kasus Bom Bali adalah kegiatan oknum JI, bukan agenda JI. Hambali, Muklas dan Imam Samudera mendapat anggaran dari Osama Bin Laden sebesar US$30 ribu. Saya terlibat merakit bom 1,2 ton hanya karena Muklas, bukan karena JI,” kata Ali Imron.

Kini, Ali Imron mengaku menyesalkan tindakannya kala itu. Ia menilai memang tidak sepantasnya warga Bali atau pun orang asing dan  non muslim di Bali ikut menanggung dosa serangan Amerika ke Afghanistan usai serangan World Trade Center (WTC).

"ISIS adalah ancaman yang sangat berbahaya bagi Indonesia. ISIS menyebut semua orang kafir. Bahkan Ali Imron saja (menyebut dirinya sendiri) yang jihad dikafirkan, itu kan ngawur. Mereka lebih sinting daripada kelompok lain. Kita boleh berbeda (soal bentuk negara) tapi harapannya sama,” kata alumnus Pendidikan Akademi Militer Mujahidin Afganistan tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya