Lewati Masa Kritis, Bayi Kembar Siam Sudah Boleh Pulang

Ilustrasi bayi tengkurap.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Bayi kembar siam Dwi dan Tri yang menjalani operasi pemisahan pada Selasa, 26 Januari 2016 selama 16 jam, akhirnya berhasil melalui masa kritis dan sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya pada hari ini, 15 Maret 2016.

Pemerintah Diminta Sediakan Jaminan Bagi Pekerja Informal
Bayi kembar siam jenis conjoined twin ishiopagustetrapus atau kembar siam dengan kondisi bagian panggul yang menyatu, dari anak pasangan Yana dan Purwana ini lahir pada 7 Mei 2015. Anak bayi kembar siam ini dirujuk ke RSCM dalam waktu 12 jam setelah kelahirannya di Kuningan, Jawa Barat.
 
Manfaat Sehat Jalani Peregangan Tubuh Secara Rutin
Saat pertama kali datang, kondisi kaki kedua bayi ada di bagian samping tubuh masing-masing, dengan bagian perut dan panggul menyatu, bagian usus besar dan kandung kemih mengalami penyatuan, sehingga memerlukan operasi pembuatan lubang pembuangan, dan pembuatan panggul agar bisa kembali berjalan seperti anak normal lainnya.
 
Cara Tepat Tangani Luka Kulit agar Tak Berbekas
"Kedepannya harus terus dipantau, karena kedua bayi ini tidak memiliki organ yang lengkap. Kami melakukan edukasi pada orang tua, bahwa bayi ini tidak hanya dipisahkan tapi agar bisa memiliki tumbuh kembang optimal," jelas Dr.dr.Aryono Hendarto, Sp.A(K), dalam jumpa media Tim Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam, di RSCM, Jakarta Pusat,  15 Maret  2016.
 
Divisi Bedah anak RSCM dr.Sastiono,Sp.B,Sp.BA, mengatakan bahwa untuk saat ini lubang feses masih di perut, dengan tujuan agar tidak menimbulkan luka dan mengotori luka operasi. " Nanti kalau sudah sembuh dan di tes di bagian belakang bisa berfungsi, baru akan dibuat lubang feses. Sedangkan vagina dan lubang kencing akan dibuatkan kalau sudah besar,” ujarnya.
 
Sedangkan dari sisi Rehabilitasi medik, dokter Luh K Wahyuni berpesan bahwa kedua orangtua sebaiknya jangan terlalu overprotective
 
"Kita tahu kondisi awalnya seperti itu, secara psikologis, orang tua takut itu pasti. Tantangannya adalah memberi kepercayaan pada orangtua untuk memberi stimulasi, karena kalau terlalu overprotective nanti malah tidak berkembang karena ototnya tidak bisa berkembang dengan baik,” kata dr Luh.
 
Mengingat kondisi bayi yang mengalami dempet di bagian panggul saat lahir, tugas terberat sekarang adalah memantau perkembangan tubuh bagian bawah bayi. 
 
"Yang dikejar kan bayi ini nantinya bisa jalan, sebelum jalan kan harus bisa duduk sendiri. Orang tua diajarkan bagaimana menstimulasi agar ototnya kuat, dan bagaimana mengajarkan duduk tegak, kemudian tengkurap, dan merangkak. Semua itu untuk menguatkan otot panggul. Kalau salah memposisikan, nanti kerja ototnya juga pasif,” ujarnya.
 
Dan tidak seperti bayi pada umumnya, Luh mengatakan bahwa, bayi ini tidak perlu dibedong untuk meluruskan kakinya. Karena yang dikejar adalah fungsi ototnya.
 
"Kalau ini (fungsi ototnya) bagus, diharapkan posisi anatomisnya akan berkembang mengikuti itu, jadi tidak boleh dibedong, justru harus melakukan banyak gerak, karena yang dikejar fungsionalnya,” terang dr Luh.
 
Sedangkan Yana, Ayah bayi kembar ini mengatakan bahwa memiliki anak kembar dengan kondisi seperti ini, dia harus siapkan mental, kalau nantinya si anak bertanya, dan berusaha untuk bisa memberikan penjelasan yang baik pada kedua anaknya. 
 
"Anak minder itu pasti ada nantinya, tapi kami sebagai orang tua harus memberi penjelasan. Siap tidak siap harus bisa,” kata Yana
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya