Kisah Gerhana Matahari Era Rasulullah

Gerhana matahari total
Sumber :
  • www.lapan.go.id/Odd Høydalsvik

VIVA.co.id – Tepat pada Rabu 9 Maret 2016, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menjadi fokus dan pusat pengamatan pakar astronomi dunia terkait fenomena alam luar biasa, yakni Gerhana Matahari Total (GMT).

Terungkap, Hal Tersembunyi dari Matahari

Salah satu wilayah Indonesia, yakni Kota Semarang, Jawa Tengah, bahkan mendapat keistimewaan tersendiri terkait fenomena GMT tahun 2016 ini.

Meski gerhana matahari di wilayah yang terkenal dengan panganan lumpia ini hanya terlihat sebagian, namun para pengamat astronomi Islam menyebut fenomena gerhana nanti akan mirip seperti pada zaman nabi Muhammad.
Kemiripan itu terlihat dari sisi waktu, durasi hingga piringan gerhana yang muncul.

7-1-1610: Galileo Buktikan Bulan Kasar dan Tak Rata

Fenomena langka kemiripan gerhana 2016 di Indonesia dengan saat era nabi bahkan sempat diibahas khusus dalam sebuah seminar dengan tema Menyambut Gerhana Matahari Total 2016 di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, baru-baru ini.

Ketua Umum Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia, AR Sugeng Riyadi, menuturkan, semasa nabi Muhammad menjadi rasul yakni kurun waktu Agustus 610 M sampai 632 M, hanya ada lima kali gerhana matahari yang melintasi kawasan Makkah dan Madinah. Dalam kurun waktu itu pula gerhana matahari yang pernah terjadi di muka bumi sebanyak 36 kali.

Astronom Peneliti 200 Galaksi Meninggal Dunia

Di antara 36 gerhana matahari itu, lima gerhana yang pernah melintasi wilayah Rasul antara lain; pertama, gerhana matahari total pada 26 Juli 613 M yang melintasi wilayah Afrika, Arab bagian Tengah, India, Samudera Hindia dan Australia.

Kedua, gerhana matahari cincin pada 24 Mei 616 M. Melintasi kawasan Afrika, Arab bagian Utara, Asia Tengah, Jepang. Ketiga, gerhana matahari cincin pada 7 November 617 M, melintasi Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara.

Keempat gerhana matahari total pada 5 September 620 M yang melintasi Afrika, Arab bagian Selatan, India, Asia Tenggara. Kelima, gerhana matahari cincin pada 27 Januari 632 M, melintasi kawasan Afrika, Arab Selatan, India, Asia Tengah.

"Dari lima gerhana matahari yang melintasi wilayah nabi tersebut hanya gerhana matahari cincin atau sebagian pada 27 Januari 632 M yang dialami langsung oleh nabi. Gerhana pada saat itu yang kemudian menjadi asbab al wurud (sebab lahirnya) hadist tentang gerhana," jelas Sugeng.

Dijelaskannya, empat gerhana lain di era nabi itu secara astronomi tidak teramati karena jalur gerhana matahari itu melintasi wilayah Selatan atau Utara kota Makkah dan Madinah. Seperti gerhana matahari total (GMT) pada 23 Juli 613 M yang melintas tidah jauh di sebelah selatan Kota Makkah.

"Menurut riwayat yang saya pelajari, lima gerhana yang melintas di kawasan Rasulullah itu, empat gerhana terjadi sebelum Rasul hijrah ke Madinah. Satu terjadi setelah hijrah yakni di Madinah adalah gerhana matahari cincin/sebagian yang dialami langsung oleh Rasul."

Gerhana matahari sebagian yang dialami langsung oleh nabi itu, lanjut Sugeng, menjadi awal dan akhir nabi melaksanakan salat gerhana. Sebab, sekitar empat bulan setelah itu nabi Muhammad wafat. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal 11 Hijriah/ Juni 632 Masehi.

"Analisis astronomi gerhana sebagian di Madinah saat itu berkisar dengan kegelapan 85 persen," imbuh pembina CASA Assalam itu.

Lebih jauh Sugeng menjelaskan, kronologi riwayat menunjukkan bahwa putra nabi yakni Ibrahim bin Muhammad wafat di usia 16 bulan. Meninggalnya putra nabi tepat pada 10 Hijriah di malam hari sebelum gerhana esok paginya. Kejadian itu sebelum nabi melaksanakan haji Wada'.

Esok paginya, jenazah Sayyid Ibrahim kemudian dimakamkan di pemakaman Baqi  Kemudian sekitar pukul 09.00 Waktu Madinah (WD), terjadi lah gerhana matahari sebagian di Madinah.

Saat itu, umat Islam Madinah mengira bahwa gerhana matahari sebagai mu'jizat, di mana wujud gerhana matahari  dikatakan tengah bersedih atas wafatnya putra nabi tersebut.

"Tapi seusai salat gerhana, nabi menjelaskan dalam khutbahnya bahwa gerhana semata-mata bukti kekuasaan Allah dan tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang," jelas Sugeng.

Adapun fenomena gerhana matahari sebagian yang dialami langsung nabi digambarkan bahwa matahari nampak sebagian di sisi kiri bulan. Pada puncak gerhana seolah ada matahari sabit.

Perhitungan astronomi, kala itu matahari terbit di ufuk Timur Kota Madinah pada pukil 07:07 Waktu Madinah (WD). Bulan terbit dari ufuk timur pada pukul 07:06 WD. Saat itu matahari dan bulan sedang terjadi kontak awal.

Melihat runtutan fenomena gerhana era nabi tersebut, Sugeng yang juga anggota Himpunan Astronomi Indonesia itu menambahkan, suasana seperti zaman nabi itu akan kembali terjadi di Indonesia pada 9 Maret 2016 mendatang. Khususnya di kawasan Utara Indonesia, seperti di Kota Semarang.

"Kemiripan fenomena itu adalah penampakan matahari yang tertutup oleh bulan yang berkisar 85 persen. Bedanya, waktu di era Rasulullah gerhana matahari sebagian ini terjadi sekitar menjelang tengah hari. Sedang di Indonesia nanti akan terjadi di awal pagi hari," jelas Sugeng.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya