Pilot Pesawat TNI Harus Siap '200 Persen,' Kata Danlanud

Empat Jet Sukhoi Siap Usir Pesawat Asing Masuk Ambalat
Sumber :
  • Muhammad Tahir/Tarakan

VIVA.co.id – Kecelakaan pesawat milik TNI Angkatan Udara bukan kali ini saja terjadi. Peristiwa tersebut bahkan sudah sering ditemui. Terakhir, kasus jatuhnya pesawat terjadi di Malang, Jawa Timur, Rabu kemarin.

Ketakutan, Ratusan Mahasiswa NTT di Malang Pilih Pulang

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Adisutjipto Yogyakarta, Marsekal Madya Imran Baidirus, mengatakan menjadi penerbang harus sadar akan risiko yang akan terjadi layaknya maut di hadapan mata, karena bukan kodratnya manusia bekerja di udara.

"Di TNI AU, kita bekerja bukan pada kodratnya. Itu yang harus kita sadari, sehingga tidak bisa lengah sedikitpun. Kita ini manusia kan di darat, ikan di air, burung di udara. Nah, sekarang kita angkatan udara beroperasi di udara, menyalahi kodrat sebagai manusia," kata Imran Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, Kamis, 11 Februari 2016.

TNI AU Tak Berencana Beli Super Tucano Lagi

Menurutnya, untuk menjadi seorang penerbang harus menghadapi risiko yang sangat besar. Karena jika terjadi kerusakan pada pesawat, sang pilot tidak bisa berbuat banyak.

"Kita harus menyiapkan diri kita 200 persen, karena kita menghadapi risiko yang sangat tinggi," ucap dia.

Empat Pesawat Baru Super Tucano Tak Boleh Terbang

Ibarat mobil rusak, kata dia, pengemudi bisa menepikan kendaraannya, begitu juga dengan kapal yang masih bisa mengapung. Namun beda halnya dengan pesawat,  tidak bisa berbuat banyak.

"Kita harus mengedepankan safety, kita tidak pernah lepas dari moto safety first," ucap dia..

Setiap saat, kata dia, TNI AU tak lepas dari memperhatikan safety. Baik itu sebelum menjalankan tugas, setelah tugas, hingga mengevaluasi kesemua kegiatan.

"Kalau terjadi seperti ini (kecelakaan pesawat), tentu dan pasti kita evaluasi lagi dan intropeksi terus. Safety itu makanan rutin kita setiap hari," kata dia.

Baca juga:

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya