Kisah Miris TKI di Timteng, Kalah Dibanding Malaysia

Sumber :
  • KBRI Kuwait

VIVA.co.id - Tak bisa dipungkiri, Tenaga Kerja Indonesia merupakan salah satu penghasil devisa terbanyak untuk Indonesia. Namun, apa yang mereka sumbangkan bagi negara itu sering kali tak sebanding dengan apa yang negara berikan ke mereka.

RI Sudah Ajukan Banding atas Hukuman Mati Rita Krisdianti

Sudah sering cerita pahit TKI tersiar ke seluruh pelosok Tanah Air. Mulai dari menjadi korban pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan sampai pada terdakwa pembunuhan yang kemudian mendapat hukuman mati, baik pancung ataupun gantung.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq dalam sebuah wawancara khusus dengan VIVA.co.id belum lama ini, mengungkapkan pengalamannya. Meski berperan besar untuk negara, ia menilai terlalu mahal harga yang dibayar dengan mengizinkan warga bangsa sendiri mencari pekerjaan, secara umum sektor informal, di negeri orang.

BNP2TKI Diminta Audit TKI Bermasalah di Luar Negeri

"Oke, secara ekonomi mereka dianggap penghasil devisa puluhan triliun tiap tahun. Alhamdulilah. Tapi berapa besar harga yang harus kita bayar untuk itu?" kata Mahfud mulai bercerita.

'Harga' pertama yang turut Mahfudz rasakan adalah terkait dengan citra Indonesia di luar negeri. Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu mengatakan bangsa ini malu dibuatnya.

Pemerintah Pastikan Pendampingan TKI Rita Maksimal

"Orang-orang Timur Tengah respek dengan yang namanya orang Malaysia," ujar Mahfudz.

Mahfudz mengatakan apabila ada orang Indonesia, wajah bersih dan agak keren, ke Timur Tengah apakah ke Dubai, Saudi, atau lainnya, para petugas bandara, pelayan toko di sana segera menyapa 'Malaysia, Malaysia, ayo beli, beli.' Padahal, barang yang ditawarkan bagus, dan di mall-mall yang cukup mewah.

"Tapi kalau orang datang tampang agak lusuh. 'Indonesia, Indonesia, murah, murah.' Gitu, malu kita," kata Mahfudz.

Mahfudz melihat saat ini, di Malaysia sendiri juga ada pergeseran tentang cara pandang atau persepsi terhadap orang Indonesia. Dari dahulunya menghargai menjadi cenderung sebaliknya.

"Itu dari sisi nama baik," ujarnya.

Dampak kedua, lanjut Mahfudz, dari sisi diplomasi. Kenyataan banyak orang Indonesia yang bekerja di bidang pekerjaan tidak formal menjadi masalah bagi para diplomat di negara tujuan TKI.

Bagaimana tidak, dalam suatu pertemuan tingkat negara, mereka datang dengan menggunakan jas, mobil Mercy mewah. Gagah dan wibawa terpancar dari penampilan mereka. Namun, orang tahu bahwa mereka berasal dari negeri para TKI.

"Terus kita mau berperan menyelesaikan konflik antar negara-negara Timur Tengah itu. Kira-kira jawaban mereka gini, 'Siapa elo?' Dan itu pernah dikeluhkan oleh para Dubes. Mereka sampaikan saat rapat dengan Komisi I," urai Mahfudz.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya