Khawatir Teror Paris, Publik Mau Perda Diskriminasi Diubah

kondisi tolikara saat ini
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id - Aksi terorisme yang terjadi di Paris, Perancis, pada Jumat 13 November 2015, memiliki dampak psikologis terhadap masyarakat Indonesia. Dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, menunjukkan sebanyak 84,62 persen masyarakat khawatir aksi teror perancis terjadi di Indonesia. Mayoritas yang khawatir adalah kalangan yang tinggal di perkotaan.

"Dari 84,62 persen tersebut, prosentase kekhawatiran lebih besar dirasakan masyarakat pekotaan, dengan gender laki-laki, berpendidikan tinggi dan dengan status ekonomi menengah atas," kata Fitri Hari peneliti dari LSI Denny JA di Gedung LSI, Jalan Pemuda Rawamangun Jakarta Timur, Kamis 19 November 2015.

Fitri mengatakan, hal tersebut merupakan hal yang dapat dimaklumi. Mengingat laki-laki, masyarakat perkotaan, masyarakat pendidikan tinggi dan masyarakat dengan status ekonomi kelas atas dinilai lebih aktif. Dan segmen tersebut dianggap mempunyai akses informasi global

"Itu hal yang wajar dan dapat dimaklumi. Karena biasanya pada segmen tersebut mempunyai akses informasi global, dan lebih aktif mencari informasi," ujar Fitri

Survei LSI dilakukan terhadap berbagai lapisan masyarakat. Baik itu di perkotaan atau pedesaan, pendidikan tinggi atau rendah, masyarakat golongan ekonomi bawah maupun menengah atas.

Menatap Masa Lalu Paris Lewat Foto Dulu dan Kini

Evaluasi perda diskriminatif

Dari rasa khawatir tersebut, publik mempunyai harapan, terutama kepada pemerintah Jokowi. Harapan publik salah satunya adalah mengevaluasi perda yang diskriminatif.

"Sebagian besar masyarakat memiliki harapan kepada Presiden Jokowi, harapan tersebut adalah agar Presiden mampu mengevaluasi perda yang diskriminatif," kata Fitri.

Timnas Jerman Siap Jika Harus Bermain Tanpa Penonton

Selain itu, masyarakat berharap kepada Presiden Jokowi agar mampu merangkul para pemuka agama untuk mengutuk perbuatan terorisme.

Selain kepada Presiden Jokowi masyarakat juga mempunyai harapan terhadap organisasi masyarakat (Ormas) Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk mengutuk aksi kekerasan dan terorisme.

"Publik berharap agar Ormas Islam besar seperti NU, Muhammadiyah dan termasuk juga MUI lebih aktif menyuarakan sikap anti kekerasan dan mengutuk digunakannya simbol agama dalam aneka kegiatan terorisme tersebut," ujarnya.

Perlu diketahui, survey yang dilakukan oleh LSI Denny JA ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 15-17 November 2015, dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan 600 responden dan dengan margin of error sebesar +/- 4.0 %. Survey ini dilakukan di 33 provinsi di Indonesia yang juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.

Pelaku Serangan Paris Dijatuhi Hukuman Hari Ini
Kota Paris

Haussmann, Sosok Perancang di Balik Megahnya Kota Paris

Kota ini dahulu tidaklah seindah dan serapi sekarang.

img_title
VIVA.co.id
31 Juli 2016