Cerita Bung Karno Nekat Putuskan Hubungan dengan Belanda

Bung Karno.
Sumber :

VIVA.co.id - Ketika diundang berkunjung ke Amerika Serikat pada 1956, dan berpidato di depan sidang gabungan Kongres AS, Soekarno menggunakannya untuk menyampaikan sikap.
 
Dalam pidato yang mendapat tepukan tangan spontan 26 kali itu, ia antara lain mengatakan, kemerdekaan Indonesia belum sempurna, manakala Irian Barat belum kembali ke pangkuan RI.
 
Setelah melalui jalan diplomasi panjang dan berliku, Belanda tetap tidak bersedia meninggalkan Papua Barat, sehingga kesabaran Soekarno habis. Dalam pidato 17 Agustus 1960, keluarlah deklarasinya yang terkenal menyangkut wilayah tersebut.
 
Dalam bukunya, Indonesia: The Possible Dreams (1971), mantan Dubes AS untuk Indonesia, Howard Palfrey Jones melukiskan drama dalam pidato Soekarno.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Jones menuturkan, dalam pidato sekitar dua jam 30 menit itu, Soekarno membagikan teks pidato yang ada bagian kosongnya menjelang akhir. Para pengamat pun meramalkan ada pengumuman penting.
 
Dalam momen puncaknya, Soekarno mengambil napas panjang, kemudian mengatakan, salah satunya, "Pagi ini, saya perintahkan menteri luar negeri memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda".
 
Sekitar 500 ribu orang yang memadati Gelora Bung Karno di Jakarta saat itu bersorak-sorai, sedangkan puluhan wartawan berlarian ke luar menelepon kantor mereka dan memberitakan peristiwa bersejarah tersebut.
 
Melalui langkah militer Indonesia, termasuk penggelaran kekuatan laut yang mendapat banyak bantuan militer dari Uni Soviet, pemerintah Belanda akhirnya bersedia melepaskan Irian Barat pada 1 Mei 1963.

Seperti George Washington menekuk Inggris, "George Washington of Indonesia" (pujian John F Kennedy untuk Bung Karno) itu pun berhasil menuntaskan pengusiran Belanda.

Pidato Bung Karno tentang Irian dituangkan dalam buku Pembebasan Irian Barat: Kumpulan Pidato Bung Karno Tentang Irian Barat 1961-1962.
 
“Kamu, he rakyat Irian Barat, telah ikut berjuang dengan sehebat-sehebatnya. Dan, aku tahu bahwa kamu cinta kepada kemerdekaan. Aku tahu bahwa perjuangan ini adalah hasil perjuangan, hasil dari perjuangan pula daripada seluruh rakyat Indonesia. “
 
“Tidak sebagai dikatakan orang-orang imperialis, dikatakan bahwa Irian Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik, oleh karena Republik mencaplok Irian Barat! Oleh karena Republik merampas Irian Barat! Bahwa sebenarnya rakyat Irian Barat tidak senang kepada Republik!
 
“Apakah benar demikian Saudara-Saudara?” Tidak!!! (sahut hadlirin) Tidak…!

Menguak Ambisi Bung Karno Bangun Gedung Sarinah

“Satu minggu lalu, saya membaca satu artikel, tulisan seorang wartawan asing, mungkin ditulisnya itu dari sini Saudara-saudara, mengatakan bahwa rakyat Irian Barat tidak senang kepada Republik Indonesia. Bahwa rakyat Irian Barat lebih senang kepada pihak Belanda. “
 
“Apa benar demikian Saudara-Saudara? “ “Tidak!!! “(sahut hadlirin dengan gemuruh).

Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan bahwa kata "Irian" yang oleh kelompok separatis diplesetkan menjadi “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”, yang tak lain hanya gosip.

Bung Karno dan Romusha yang Tewas Mengenaskan

"Irian" adalah nama yang diusulkan oleh seorang pejuang Papua, Frans Kaisiepo, yang berarti “Sinar yang menghalau kabut”, diambil dari bahasa salah satu suku di Irian.

Di Irian, terdapat 244 suku dengan 93 bahasa lokal. Kata "Papua" yang menggantikan "Irian", malah justru mempunyai konotasi yang buruk, karena berarti "Daerah hitam tempat perbudakan".

Ironisnya, versi kaum separatis, nama itu lebih disukai karena dianggap memberikan semangat kepada perjuangan kemerdekaan mereka. (asp)

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016