Misteri Suara Aneh di Puncak Gunung Lawu

Pemandangan di Puncak Gunung Lawu
Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Gunung Lawu populer di kalangan pendaki gunung.  Tempat yang disakralkan oleh masyarakat ini merupakan gunung tertinggi ke lima di Indonesia.

Menikmati Liburan di Situs Candi Lereng Gunung Lawu

Setiap malam satu Syura, banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Banyak beredar cerita mistis seputar gunung Lawu.

Sebelum puncak gunung, terdapat lapangan bernama Bulak Peperangan. Konon katanya, tempat ini merupakan tempat peperangan kerajaan Majapahit pimpinan Brawijaya V dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.

Menurut cerita masyarakat, jika malam hari kemah di Bulak Peperangan bisa mendengarkan suara pertempuran.

Tak hanya itu, sepanjang perjalanan banyak ditemukan tempat-tempat unik. Seperti Pasar Dieng misalnya. Orang menyebutnya juga pasar Setan. Pasar Dieng merupakan batu-batu yang banyak yang menyerupai pasar. Warga juga menyebutnya dengan pasar setan.

Iwan Fals Ikut Acara Tanam Pohon di Gunung Lawu

“Saat malam dan berkabut suasananya seperti setan, terdengar suara-suara dan lapak-lapak yang seperti orang jual beli,” kata pendaki gunung yang pernah naik Gunung Lawu, Arief.

Sebenarnya, tidak disarankan lewat pasar setan malam hari. Jalurnya sedikit menyesatkan. Dengan rambu yang  tidak jelas, pendaki disarankan untuk memperhatikan beberapa tanda dan membuat jejak di pasar setan ini agar tidak tersesat.

Meski jalur pendakian sudah terbentuk untuk memudahkan para pendaki, namun peziarah maupun pendaki disarankan untuk tetap memperhatikan aturan-aturan atau pantangan yang berlaku selama pendakian.

Novi, Korban Kebakaran Gunung Lawu Meninggal Dunia

“Pantangannya antara lain tidak boleh bicara kotor selama dalam perjalanan dan dilarang mengeluh, apapun kondisinya. Jika sudah capek lebih baik istirahat saja, jangan malah mengeluh,”ujarnya.

Selain itu dalam soal pakaian juga ada pantangannya. Jika naik gunung ini tidak boleh memakai ikat kepala warna hitam dengan hiasan batik melati. Tidak boleh memakai kain sutra warna hijau muda.

Pendaki juga akan menjumpai Sendang Derajat yang kerap dirituali oleh komunitas tertentu. Namun tempat ini juga digunakan bagi para pendaki untuk mengisi ulang botol mereka .

Di dekat sendang, terdapat beberapa bilik setinggi dada orang dewasa yang terbuat dari bata bersemen. Di tempat itu para pendaki bahkah peziarah mengguyurkan air yang mereka ambil dari sendang untuk ritual mandi.

“Konon air tersebut memiliki manfaat rezeki, keberkahan, jodoh, pangkat dan drajat. Tak heran jika sendang ini disebut Sendang Drajat,” tambah Arif.

Mata air suci ini dahulunya adalah tempat pemandian Raja Brawijaya V. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila para pengunjung mempunyai cita-cita atau niat tertentu dapat terkabul apabila mandi di sendang ini.

Selain Sendang Drajat, ada beberapa situs lain yaitu Sumur Jalatunda. Sumur ini merupakan sebuah gua vertikal sedalam lima meter yang dipakai untuk bertapa. Gua ini dipercaya sebagai tempat Raja Brawijaya V menerima wangsit dalam perjalanan naik ke Puncak Lawu.

Hargo Dalem, sekitar 15 menit perjalanan dari Sendang Drajat, merupakan tempat peristirahatan Raja Brawijaya V. Di sini terdapat bangunan khusus yang digunakan untuk berdoa atau moksa. Suasana mistis begitu terasa di tempat ini.

Hargo Dumilah yang menjadi tujuan utama para pendaki adalah puncak tertinggi Gunung Lawu (3265m dpl). Puncak ini juga dipercaya sebagai tahta Raja Brawijaya V. Namun sebelum menuju Hargo Dumilah, ada satu warung yang terkenal di kalangan pendaki, yakni warung Mbok Yem. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya