Ramalan Kematian Bung Karno Saat Membangun Rumah Tuhan

Bung Karno saat naik pesawat Hercules
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Setiap kali Presiden pertama Indonesia, Soekarno melakukan lawatan ke luar negeri, dia selalu membawa arsitek untuk mempelajari perkembangan ilmu teknik konstruksi dan arsitektur di negara tersebut. Hal ini dilakukan untuk membenahi kota-kota di Indonesia terutama Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.
 
Monumen Nasional (Monas) telah menimbulkan kekaguman Sri Paus yang berkunjung tahun 1975. Jembatan Semanggi di kawasan Senayan mengundang decak kagum dunia internasional karena gagasan jalan layang saat itu, merupakan ide brilian dalam mengantisipasi kemacetan lalu lintas.
 
Stadion Senayan, Sarinah, Patung Selamat Datang, Patung Pembebasan Irian Barat, Patung Dirgantara dll telah memperindah kota Jakarta. dan membuat Jakarta tidak kalah dengan kota-kota besar dunia .
 
Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan, saat perencanaan maupun pelaksanaan, Bung Karno selalu terbuka untuk bertukar pikiran dengan para ahli teknik konstruksi, arsitek, ekonom maupun seniman, bahkan militer.

Beberapa seniman dan teknokrat yang terlibat antara lain Henk Ngantung (pelukis), Silaban (arsitek), Prof.Rooseno dan Ir.Sutami (konstruksi atau teknik sipil). Selain itu juga dengan Gubernur DKI Jaya, Ali Sadikin.
 
Sebagai pelukis, Henk Ngantung tak lupa mengumpulkan semua catatan mengenai pembicaraan dengan Bung Karno baik yang formal maupun percakapan santai dalam bukunya Karya Jaya.
 
Sedangkan Bang Ali Sadikin menindaklanjuti ide besar dengan pelaksanaan berbagai proyek perintis. Seniman lain juga diundang seperti, S.Sudjojono,Lee Man Fong, Basuki Abdullah, dan juga seniman teater, musik, tari dan perfilman.

Hasil proyek dapat dinikmati sampai saat ini seperti Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian. Taman Impian Jaya Ancol berkembang menjadi waterpark dan oceanarium terbesar di Asia Tenggara.
 
Ada kisah menarik tentang pembangunan itu. Suatu ketika, Bung Karno membangun Tugu Monumen Nasional (Monas). Proyek itu mengundang pertanyaan orang, termasuk orang-orang dekatnya.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Satu di antara mereka ada yang bertanya kepada Bung Karno, tentang skala prioritas pembangunan Monas dan Istiqlal. Apa kata Bung Karno, “Prioritaskan pembangunan Tugu Monas!”. Jawaban itu cukup mengejutkan.
 
Ia melanjutkan, “Mengapa harus Monas yang diprioritaskan? Jika saya mati saat Monas dan Istiqlal dibangun, maka bisa saya pastikan, Istiqlal pasti selesai,"

"Sebab, membangun masjid adalah membangun rumah Tuhan, sehingga sekalipun dia mati ketika masjid itu belum selesai, tak satu pun yang bisa menghentikan pembangunannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Monas. Jika saya mati, belum tentu pengganti saya meneruskan pembangunannya.”
 
Pembangunan masjid Istiqlal melambat tahun 1960. Setelah itu, masih banyak proyek mercu suar dibangun, hingga klimaksnya terjadi peristiwa G-30-S.

Menguak Ambisi Bung Karno Bangun Gedung Sarinah

Masjid yang direncanakan memakan waktu pembangunan selama 45 tahun dalam pelaksanaannya jauh lebih cepat. Bangunan utama selesai 6 tahun sejak dipancangkan tiang pertama. Tepatnya tanggal  31 Agustus 1967 ditandai dengan berkumandangnya adzan maghrib yang pertama.
 
Saat itu, Soekarno sudah tidak lagi berkuasa. Secara keseluruhan, pembangunan masjid Istiqlal selesai dibangun dalam kurun 17 tahun. Peresmiannya dilakukan pada tanggal 22 Februari 1978, oleh Presiden Soeharto. Sementara Bung Karno, sudah wafat pada 21 Juni 1970.

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016