Sudah 1,5 Bulan Payakumbuh Diselimuti Kabut Asap

Kabut asap di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Sumber :
  • Warga Payakumbuh, Eka.
VIVA.co.id -
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
Sudah 1,5 bulan, warga Payakumbuh harus menghirup kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Pulau Sumatera. Namun, kabut asap hari ini, 6 Oktober 2015, lebih pekat dari hari-hari sebelumnya. Jarak pandang diperkirakan kurang dari 50 meter pada pukul 07.30 WIB.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

"Tahun kemarin juga kena. Tapi, tidak separah dan selama ini. Ini sudah lama banget," ujar salah seorang warga Kabupaten Limapuluh Koto, Kota Payakumbuh, Eka, saat dihubungi
Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat
VIVA.co.id.

Akibat kabut asap, sekolah di Payakumbuh sempat diliburkan pada pekan lalu. Namun, pada pekan ini, para siswa kembali bersekolah.


Menurut Eka, warga terpaksa mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan. Jumlah warga Payakumbuh yang mengeluhkan sakit demam, batuk, pilek, dan sesak napas juga cenderung meningkat.


"Kemungkinan, salah satu penyebabnya asap," ucap Eka.


Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, sudah tiga provinsi menyatakan status "Tanggap Darurat" terkait kebakaran hutan dan lahan, yakni Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Sementara itu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan masih "Siaga Darurat".


"Padahal, sudah terjadi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan asap, sehingga harusnya juga sudah menaikkan status 'Tanggap Darurat' agar ada kemudahan akses," ucap Sutopo.


Menurut dia, gubernur menyatakan masih sanggup mengatasi karhutla di daerah masing-masing dengan bantuan dari pemerintah pusat. BNPB mengalokasikan Rp385 miliar untuk penanganan karhutla hingga September 2015. Diperkirakan BNPB akan menambah anggarannya karena karhutla masih berlangsung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya