Melacak Jejak Putra Pangeran Diponegoro di Matraman & Depok

Masjid Jami Matraman
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dodi Handoko
VIVA.co.id
Jubah Ini Bukti Diponegoro Pernah Menimba Ilmu di China
- Pangeran Djonet atau Raden Mas Djonet Dipomenggolo, adalah putera pertama Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun 1815 di Yogyakarta, dari Ibu kandung yang bernama R.A. Maduretno alias R.A. Ontowiryo alias R.A. Diponegoro, yakni isteri kelima Pangeran Diponegoro.
 
Berwisata Menyaksikan Patung Besar Pangeran Diponegoro
Dia putri ketiga Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Kanjeng Ratu Kedaton Maduretno Krama (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu.
 
Misteri Bercak Darah di Keris Pangeran Diponegoro
Ikatan Keluarga Pangeran Diponegoro (IKPD) dalam blognya  menceritakan, bahwa Pangeran Djonet memiliki adik kandung bernama Pangeran Roub atau Pangeran Raab atau Pangeran Raib, yang pada tahun 1840 dibuang Belanda ke Ambon dan meninggal di sana.
 
Ketika ayahnya menyatakan diri sebagai penentang penjajah dan terusir dari Puri Tegalrejo, Raden Mas Joned baru berumur sepuluh tahun. 

Dia ikut rombongan pengungsi bersama keluarga besarnya ke Goa Selarong, setelah Puri Tegalrejo digempur oleh pasukan Belanda.
 
Dia sudah bisa merasakan bagaimana susahnya hidup dalam pengungsian dan hanya tinggal di dalam Goa bersama ibu dan saudara-saudaranya. 

Usianya masih terhitung anak-anak ketika dia lari mengikuti rombongan para penghuni Puri Tegalrejo dan para penghuni kampung sekitar puri.
 
Umur Raden Mas Joned sekitar 15 tahun ketika melihat ayahnya ditangkap oleh Belanda. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tetap tegar menghadapi semuanya. 

Raden Mas Joned tidak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ayahnya digiring dimasukkan ke dalam kereta yang membawanya ke pengasingan.
 
Raden Mas Joned selalu melakukan perlawanan dimanapun dia melihat orang Belanda. Raden Mas Joned berusaha membebaskan ayahnya dengan cara mengejar ke Ungaran, lalu ke Semarang. 

Dia berhasil menyusup ke dalam kapal pembawa Pangeran Diponegoro, tetapi ketahuan dan Raden Mas Joned menceburkan diri ke laut.
 
Dia tidak putus asa. Raden Mas joned lalu mengejar Pangeran Diponegoro melalui darat bersama beberapa orang pengikutnya menuju Batavia. 

Sesampainya di Batavia, Pangeran Joned berusaha mendekati tempat penyekapan Pangeran Diponegoro, tetapi sayang, mata-mata mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro telah dipindahkan menggunakan kapal ke arah Timur.

Mencari tempat persembunyian
  
Pangeran Djonet muda dibantu pengikutnya mencari tempat persembunyian sementara di daerah Batavia. Sebagai kelompok asing yang berkeliaran di Batavia, Pangeran Djonet mencari sanak saudara, kerabat maupun tetangga yang sedaerah.
 
“Akhirnya dengan wawasan sejarah yang dimiliki sang Pangeran Muda diputuskan untuk mencari daerah Matraman. Saat itu umur daerah Matraman sudah 208 tahun sejak penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia,” ungkap juru kunci makam P Jonet, Wafa.
 
Di Matraman, pengikut Pangeran Djonet terlebih dahulu mencari tokoh-tokoh setempat yang dianggap mengetahui asal-usul Matraman dan akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka tentang keberadaan Pangeran Mataram (tidak menyebutkan nama asli) dan menceriterakan secara umum kondisi kejadian saat itu.
 
Di luar perkiraan sang Pangeran, mereka menerima dengan amat terbuka sambil disertai perasaan haru, bangga dan rindu akan kampung halaman akhirnya berkat bantuan dan perlindungan masyarakat Matraman pada saat itu Pangeran Djonet beserta pengikutnya menetap di Matraman lebih kurang selama dua tahun.

Selama menetap di Matraman dalam rangka mempertahankan diri dari kejaran tentara Belanda, Pangeran Djonet membentuk pasukan (semacam pengawal Raja) dengan merekrut pemuda-pemuda yang mayoritas keturunan prajurit Kerajaan Mataram walaupun ada juga dari etnis lain yang juga bergabung dengan suka rela.
 
Tahun 1832 Pangeran Djonet genap berusia 17 tahun, usia yang cukup dewasa bagi seorang keturunan Sultan untuk segera memulai hidup berumah tangga. 

Maka, pada tahun 1832 Pangeran Djonet mempersunting Putri Bangsawan Tiongkok dari dinasti Tang yang bernama Bun Nio kemudian berganti nama menjadi Nyi Mas Ayu Fatimah.
 
Setelah berumah tangga Pangeran Djonet pindah ke pinggiran Kota Bogor, akan tetapi komunikasi dengan masyarakat Matraman tetap terjalin dengan sangat baik, dan sering menghadiri acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Jami Mataram.

“Di Bogor sendiri mulanya datang  di Kampung Jabaru Kelurahan Pasir Kuda kemudian ke Kampung Dukuh Jawa, serta bermukim di Kebon Kelapa Cibeureum (sekarang Kel. Cikaret) dan meninggal dan disemayamkan di sini bersama istri dan puteranya,” ungkap Wafa. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya