- VIVA/Aceng Mukaram
VIVA.co.id - Busyaiyah binti Syahril Abdul Gafar (50), jemaah haji asal Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dikabarkan menjadi salah satu korban tewas insiden Mina.
Busyaiyah pergi ke Tanah Suci bersama suaminya, Abdul Wahab Idris (60), melalui embarkasi Batam kloter 14.
Busyaiyah bersama Abdul Wahab Idris berangkat ke Tanah Suci melalui embarkasi Batam. Keduanya berangkat dari Kota Pontianak pada Minggu, 6 September 2015. [Baca: ]
Sebelum kejadian di Mina, anak Busyaiyah, Susanti (32) mengaku selalu aktif berkomunikasi dengan ibunya selama di Tanah Suci. Ibunya bahkan aktif memberikan kabar terkait kondisinya di Tanah Suci. Termasuk saat insiden jatuhnya di Masjidil Haram hingga terjadi kebakaran di hotel.
"Kemarin SMS, baik-baik aja. Sempat ada crane jatuh ada SMS. Kebakaran hotel ada pesan, baik-baik juga, bapak dan ibu baik-baik aja," kata Susanti saat ditemui di rumah Busyaiyah di Jalan Muhammad Hambal, No. 6, Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Jumat 24 September 2015.
Namun, saat tragedi di Mina, Susanti mengaku jika ibunya tidak seperti biasa, tidak memberikan kabar kepada keluarga di Tanah Air.
Tapi begitu kabar tersiar insiden Mina dan ada jemaah haji Indonesia yang menjadi korban, adik ipar Haris di Singkawang yang menonton televisi mendapati nama ibunya disebut sebagai salah satu korban tewas di Mina.
"Tragedi Mina, tadi malam keluarga masih minta kepastiannya. Keluarga sudah berupaya menghubungi penyelenggara haji, putus. Dari Mekkah ada yang hubungi. Alamat betul di sini lengkap dia jelaskan, cuma saya tak percaya. HP-nya (bapak dan Ibu) nggak bisa dihubungi. Sampai sekarang tidak aktif. Dari pihak Mekah, kabarnya meninggal," kata Susanti.
Sementara itu, menantu Busyaiyah, Haris Wahyudin (39), tidak menyangka mertuanya menjadi salah satu korban tewas tragedi Mina. Pihak keluarga belum yakin bahwa ibunya tewas dalam insiden tersebut. Apalagi, saat kejadian, otoritas yang berwenang sulit dihubungi. Begitu juga dengan orangtuanya yang tidak bisa dihubungi.
"Kamis jam 08.00 pagi ngebel tidak diangkat karena Salat Idul Adha. Setelah ditelepon balik tidak diangkat," ujar Haris, yang merupakan suami dari Susanti.
Kendati demikian, Haris mengenang pesan ibu dan bapak mertuanya melalui SMS terakhirnya. "Beliau SMS baik-baik saja saat crane jatuh. Pesan untuk anak-anak, baik-baik jaga keluarga masing-masing," kata Haris.
Selama ini, ibu mertuanya itu bekerja di kantor Gubernur Kalimantan Barat sebagai staf fungsional umum Biro Perekonomian dan Pembangunan. Sementara Abdul Wahab merupakan pensiunan inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. "Ibu usianya 50 tahun. Bapak 60 tahun," kata Haris. (ase)