Pria Ini Ciptakan Toilet Pengurai Limbah Industri

Pengurai limbah batik sederhana.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dwi Royanto
VIVA.co.id
Patung Yesus dan Bunda Maria di Gereja Klaten Dirusak
- Apa yang dilakukan Andi Setiawan, warga Pekalongan, Jawa Tengah ini sangat sederhana namun menginspirasi. Berawal dari ide sederhana, Andi mampu menciptakan alat yang sanggup menangani limbah industri yang kerap mencemari aliran sungai.

Pemilik Kafe Jamban Jalan Kaki dari Semarang ke Jakarta

Alat sederhana Andi diberi nama toilet industri. Dari namanya, fungsi alat itu memang untuk menampung limbah-limbah pabrik industri batik. Kota Pekalongan memang sangat tersohor dengan industri batik hingga kancah mancanegara.
Tanah di Banjarnegara Masih Terus Bergerak


Ide membuat toilet industri muncul saat Andi yang sudah puluhan tahun aktif di bidang konservasi dan lingkungan di komunitasnya. Andi mencoba mengurai limbah batik yang sudah membuat sungai tercemar.


"Awalnya saya prihatin kenapa pemerintah belum mampu membuat alat yang bisa mengurai limbah batik. Padahal kondisi semua sungai di Pekalongan sudah tercemar," kata Andi di sela tinjauan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di Pekalongan, Rabu, 23 September 2015.


Dari keprihatinan itu, terciptalah toilet industri. Alat itu sangat sederhana, hanya terbuat dari barang tak terpakai seperti kaleng bekas cat ukuran 10 kilogram, ijuk kapur, batu zolit, peralon dan pasir.


Sejumlah barang itu, kemudian ditata dan ditanam dalam tanah secara berjaja laiknya saluran yang berfungsi untuk aliran pembuang limbah. Di beberapa kaleng itu diberi sekat-sekat yang terbuat dari ijuk, kapur dan kerikil. Fungsinya memfilter cairan limbah yang berbahaya agar tidak terus mengalir.


"Paling tidak dengan toilet ini warna hitam pekat limbah batik akan berubah agak netral setelah tersaring di toilet. Sehingga jika mengalir ke sungai akan mengurangi pencemaran, " ujar Andi yang juga pendiri Komunitas Biji itu.


Tidak butuh biaya mahal untuk menciptakan alat tersebut. Andi hanya mengeluarkan biaya Rp200-Rp300 ribu untuk satu toilet. Namun, jika limbah yang harus disaring lebih pekat, pengguna hanya tinggal menambah jumlah kaleng cat untuk filterisasi.


Harapan Andi tak muluk-muluk, setidaknya toilet industri ciptaannya akan membuat lebih sedikit antisipasi bahaya limbah. Dari situ Andi juga berharap agar warga Kota Pekalongan yang sebagian besar adalah pengrajin batik bisa membudayakan mengurai limbah sekalipun dengan cara yang paling sederhana.


"Bayangkan jika satu industri mempunyai satu toilet saja. Sungai kita bisa sedikit terselamatkan dari pencemaran," ucapnya.


Hasil kreativitas Andi pun mendapatkan apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Di sela meninjau toilet industri milik Andi, Ganjar mengaku terobosan itu patut dikembangkan. Namun, alat tersebut masih perlu melalui proses uji coba lebih jauh agar dapat menyaring limbah lebih sempurna.


"Kita harus hormati dan coba toilet industri ini, tapi kita sempurnakan. Jadi dari beberapa ide risetnya perlu di perdalam. Semangatnya kita apresiasi, " kata Ganjar.


Selain pengembangan toilet industri, ke depan Ganjar mewajibkan kepada industri batik yang ada di Jawa Tengah untuk membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) guna mengurangi pencemaran lingkungan.


"Kalau tidak ada IPAL saya khawatir ini ditarik pada situasi politik bahwa batik itu pencemar lingkungan sehingga industri batik akan mati," kata Ganjar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya