Kisah Bung Karno Kepergok Saat Menyamar di Kawasan Senen

Bung Karno.
Sumber :

VIVA.co.id - Sebagai seorang Presiden, Bung Karno merasa dekat dengan rakyat, itu karena ia merasa lahir dari rahim rakyat jelata. Sepanjang perjuangan pergerakan kemerdekaan, ia selalu dikelilingi rakyat, didukung rakyat, diikuti rakyat ke mana pun telunjuknya mengarah.

Karenanya, sekalipun ia telah menyandang predikat Presiden, kebiasaan untuk berada di tengah-tengah rakyat jelata tak pernah bisa sirna. Dalam biografinya, "Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," karya Cindy Adams, ia mengatakan, sering merasa lemas, napas seakan berhenti apabila tidak bisa keluar Istana dan bersatu dengan rakyat-jelata yang melahirkannya.

Karena itu pula, ia tak jarang keluar Istana seorang diri, ada kalanya dikawal seorang ajudan berpakaian preman. Bagaimana ia menyamar?

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Menurut Bung Karno, tidak terlalu sulit. Sebab, rakyat kebanyakan sangat lekat dengan penampilan Bung Karno khas dengan baju seragam dan peci hitam.

Maka, ketika Bung Karno berganti pakaian, memakai sandal, pantalon, atau hanya berkemeja, lalu mengenakan kacamata berbingkai tanduk, rupa Bung Karno sudah beda sama sekali.

Dengan cara itu, Bung Karno bisa leluasa masuk-keluar pasar tanpa dikenali orang. Ia merasa kepunyaan rakyat, karenanya menjadi lebih nyaman bila berada di tengah rakyat. Perasaan Bung Karno langsung tenteram jika mendengar percakapan riuh orang-orang.

Bung Karno menyimak rakyat bergunjing, rakyat bergosip, rakyat berdebat, rakyat berkelakar, rakyat bercumbu-kasih. Pada saat itulah, Bung Karno merasakan sebuah kekuatan merasuk, mengaliri seluruh pembuluh darah.

Dari satu tempat ke tempat lain, sesekali bahkan Bung Karno berhenti di pinggir jalan, memesan sate ayam yang disajikan menggunakan pincuk daun pisang, dan memakannya sambil duduk di trotoar. Saat-saat seperti itulah Bung Karno merasakan kesenangan luar biasa.

Roso Daras menceritakan dalam bukunya, "Total Soekarno" bahwa  ada kalanya, penyamarannya berantakan kalau Bung Karno kelupaan. Lupa untuk tidak berbicara. Lupa untuk tidak mengeluarkan suara.

Seperti yang terjadi di kawasan Senen, Jakarta Pusat, di dekat lokasi pembangunan gudang stasiun. Waktu itu, spontan saja ia bertanya kepada tukang bangunan.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

"Dari mana diambil batu bata dan bahan konstruksi yang sudah dipancangkan ini?"

Apa yang terjadi setelah Bung Karno bersuara? Belum sempat tukang bangunan menjawab pertanyaan Bung Karno, terdengar seorang perempuan berteriak kencang sekali.

Menguak Ambisi Bung Karno Bangun Gedung Sarinah

"Itu suara Bapak… Ya… suara Bapak!!!… Hee… orang-orang, ini Bapak…. Bapak….!!!!"

Dalam sekejap ratusan, kemudian ribuan orang menyemut mengerubungi Bung Karno. Mereka berebut mendesak, menyalami, memegang, suasana pun menjadi gaduh. Ajudan segera mengamankan Bung Karno, menyibak kerumunan massa, memasukkannya ke dalam mobil, dan menghilang.

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016