Kisah Cinta Bung Karno Menikahi Anak Angkatnya

Bung Karno.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Fatmawati tercatat dalam sejarah sebagai wanita penjahit bendera pusaka. Ia merupakan perempuan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Fatmawati tidak membuat bendera merah putih sekali jadi. Sebelum 16 Agustus 1945, ia sudah menyelesaikan sebuah bendera merah putih.

Kisah Asmara Bung Karno, Tak Semua Didasari Cinta

Namun ketika diperlihatkan ke beberapa orang, bendera tersebut dinilai terlalu kecil. Panjang bendera itu hanya sekitar 50 centimeter. Bendera merah putih yang baru dan lebih besar harus segera dibuat. Malam itu juga, Fatmawati membuka lemari pakaiannya. Ia menemukan selembar kain putih bersih bahan seprai. Namun, ia tak punya kain merah sama sekali.

Ada seorang pemuda bernama Lukas Kastaryo yang berada di kediaman Soekarno. Ia lantas berkeliling dan akhirnya ia menemukan kain merah yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto. Ditebusnya kemudian dengan harga 500 sen (harga yang cukup mahal kala itu) dan menyerahkannya ke Fatmawati.

Kisah Lucu Bung Karno Pusing Hadapi Istri-istrinya

Fatmawati akhirnya menyelesaikan bendera merah putih yang baru, malam itu juga. Ukurannya 276 x 200 centimeter. Bendera baru ini, akhirnya dikibarkan tepat 17 Agustus 1945, dan menjadi bendera pusaka negara.

Selanjutnya... Bung Karno angkat Fatmawati sebagai anak...



Bung Karno angkat Fatmawati sebagai anak

Keterlibatan Fatmawati dalam proklamasi kemerdekaan RI, berawal dari pertemuannya dengan Bung Karno di Bengkulu. Kisah itu diceritakan dalam buku Fatmawati Sukarno, The First Lady karya Arifin Suryo Nugroho.

Fatma lahir di Pasar Malro, Bengkulu, 5 Februari 1923. Dia anak Hassan Din dan Siti Chadijah, keduanya aktivis Muhammadiyah. Hassan lebih dulu kenal Bung Karno. Ceritanya, ketika Bung Karno diasingkan ke Bengkulu, Hassan melobi Bung Karno untuk mengajar di sekolah Muhammadiyah. Tawaran itu diterima sampai akhirnya Fatma diangkat menjadi anak angkat Bung Karno dan Inggit, istrinya.

Kisah Bung Karno Nekat Menikah Lagi Meski Dimarahi

Pada suatu hari Fatmawati mendapat kabar bahwa seorang pemuda yang dulu jatuh hati hendak segera melamarnya. Hal iti diketahui Fatmawati dari ibunya yang mendapatkan keterangan dari sang paman. Menanggapi itu, orangtuanya Hassan Din menyarankan agar Fatmawati meminta nasihat dari Soekarno bagaimana baiknya menghadapi lamaran yang akan tiba itu. Karena Soekarno kebetulan akrab dengan orangtua pemuda tersebut yang merupakan seorang Wedana di Bengkulu.

Kini tinggal Fatma mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya kepada guru lesnya itu. Pagi hari itu pada tahun 1939 sekitar pukul 10.00 WIB, Fatma berencana datang ke rumah Soekarno untuk meminta pendapat.

Tapi sebelum keluar rumah, Soekarno ternyata sudah mendahuluinya datang dengan membawa album pernikahan bibinya dengan salah seorang keluarga Bung Karno. Setelah melihat foto dalam album itu, Fatma menemukan momentum untuk meminta pendapat Soekarno.

Selanjutnya... Fatmawati tak mau dimadu...



Fatmawati tak mau dimadu

Namun yang sama sekali tidak Fatma kira justru bukan nasihat yang keluar dari mulut Soekarno melainkan pernyataan cinta kepada dirinya.

"Begini Fat sebenarnya aku sudah jatuh cinta padamu pertama kali aku bertemu denganmu waktu kau ke rumahku dahulu pertama kali. Saat itu kau terlalu muda untuk menerima pernyataan cintaku. Nah sekarang inilah aku menyatakan cinta padamu Fat," kata Bung Karno.

Soekarno telah mengungkapkan semua perasaan kepada Fatma, namun wanita muda ini hanya bisa diam membisu. Fatmawati tak pernah menyangka tokoh kharismatik itu akan jatuh hati padanya.

Dia butuh waktu untuk menjawabnya, karena menolak atau menerima permintaan Soekarno sangat sulit bagi Fatmawati. Dia sadar Soekarno telah beristri dan menjadi pantangan terbesar bagi Fatma jika harus menyakiti hati sesama kaumnya.

Fatmawati segera menceritakan pernyataan cinta Soekarno kepada ayah dan ibunya. Dara cantik ini bertekad jika pinangan Soekarno diterima, Fatma tidak mau jika harus dipoligami.

"Aku baru akan menyetujui apabila Bung Karno bercerai baik-baik dengan Ibu Inggit. Aku tidak dapat menerima poligami. Aku tak akan dimadu," kata Fatmawati.

Niat Soekarno untuk meminang Fatmawati dan tak menceraikan Inggit Garnasih dituangkan Bung Karno dalam otobiografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Keinginannya memiliki anak dari keturunannya sendiri selalu mengingatkannya pada Fatmawati. Sementara kehidupan rumah tangganya bersama Inggit semakin tidak tentram. Keretakan rumah tangga antara Soekarno dengan Inggit seakan makin menjadi. Sehingga pada puncaknya Soekarno menceraikan dan memulangkan Inggit Garnasih ke Bandung karena tak mau dimadu.

Soekarno bisa menikah dengan putri Hassan Din ini pada 1 Juni 1943, saat Fatmawati berusia 20 tahun. Tapi ia tidak hadir langsung saat akad nikah itu di Bengkulu, melainkan mengutus wakil. Sebab, saat itu Bung Karno di Jakarta sibuk menggalang kemerdekaan. Setelah pernikahan itu, Fatma dan keluarganta baru diboyong ke Jakarta.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya