Brigjen Basaria, Polwan yang Lolos Seleksi Capim KPK

Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo telah mengumumkan delapan nama calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinyatakan lolos hasil seleksi Panitia Seleksi Capim KPK, Selasa, 1 September 2015.

Basaria Panjaitan, Polwan Pertama Pimpin KPK

Dari 8 nama calon yang dinyatakan lolos untuk diuji kelayakan dan kepatutan di DPR, hanya satu orang calon wanita yang lolos masuk 8 besar. Dia adalah Brigadir Jenderal Basaria Panjaitan.

Basaria merupakan Polwan pertama yang berhasil lolos sebagai Capim KPK. Basaria lolos dengan klasifikasi kompetensi di bidang penindakan, bersama dengan Alexander Marwata, hakim Ad Hoc Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.

Menanti Gebrakan Duo Jenderal Polri di KPK

Wanita kelahiran Pematangsiantar 57 tahun silam ini diketahui berpengalaman di bidang reserse, yakni sebagai penyidik utama di Bareskrim Polri, Dir Reskrim Polda Kepri dan Kasat Narkoba Polda NTB. Selain itu, Sarjana Hukum lulusan Sepamilsukwan Polri I Tahun Angkatan 1983/1984 ini juga pernah bertugas sebagai Kapusprovos Divpropam Polri tahun 2009 dan Karo Bekum SDelog Polri tahun 2010.

Karirnya semakin menanjak ketika dipromosikan sebagai perwira tinggi Polri dengan pangkat Brigadir Jenderal Polisi. Saat ini, Basaria bertugas sebagai Widyaiswara Sespimti Polri Lemdikpol.

DPR Coret Wajah Lama di Capim KPK Terpilih?

Salah satu anggota Pansel KPK, Betty Alisjahbana sebelumnya sempat meragukan independensi Basaria di KPK kelak. Saat seleksi tahap wawancara, Betty beranggapan bahwa kenaikan pangkat Basaria bisa jadi karena dibantu oleh seniornya yang memiliki pangkat lebih tinggi.

"Bagaimana jika nanti yang Ibu hadapi adalah senior yang pernah berjasa menaikkan pangkat Ibu?" tanya Betty kepada Basaria, saat wawancara tahap akhir capim KPK di gedung Setneg, beberapa waktu lalu.

Basaria lantas menjawab sambil meyakinkan Pansel bahwa dia akan bersikap independen, dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

"Ibu bisa percaya soal itu. Di polisi, naik pangkat itu tidak bisa dilakukan oleh satu orang. Kalau soal independen, selama ada dua alat bukti, yang salah tetap salah, yang benar tetap benar," kata Basaria.

Di hadapan pansel, Jenderal Polwan ini juga memaparkan visinya ke depan sebagai calon komisioner KPK. Basaria ingin memaksimalkan fungsi KPK sebagai trigger mechanism, yakni dengan mendorong Kepolisian dan Kejaksaan untuk menangani kasus-kasus korupsi.

"KPK tidak boleh memonopoli kasus korupsi. Karena dia (KPK) sebagai trigger mechanism, maka ketika sudah ditemukan dua alat bukti di tingkat penyelidikan serahkan saja (kasusnya) ke polisi atau jaksa," ujar Basaria

Dengan mendorong KPK hanya sebagai koordinator dalam penegakan hukum, maka Basaria yakin upaya tersebut dapat menekan gesekan antara KPK dengan lembaga penegak hukum lainnya. "KPK ini jangan sebagai pelaku (penindakan). Kalau KPK jadi pelaku apa tidak bersaing dengan kepolisian dan kejaksaan," ujarnya.

Gagasan kontroversial Basaria tersebut bisa dimaknai melemahkan fungsi KPK. Bahkan Pelaksana Tugas Pimpinan sementara KPK, Indriyanto Seno Adji, menyayangkan gagasan Basaria yang dinilainya tidak memahami struktur kelembagaan di KPK.

"Semua capim seharusnya memahami struktur kelembagaan KPK yang meliputi antara lain Kedeputian Pencegahan dan Kedeputian Penindakan," ujar Indriyanto.

Namun, Polwan yang berpengalaman di bidang reserse itu tinggal selangkah lagi bisa duduk sebagai pimpinan KPK. Bila itu terwujud, maka dia adalah Polwan pertama yang duduk sebagai komisioner KPK.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya