- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Richard Joost Lino, membuka percakapan teleponnya dengan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bapennas, Sofyan Djalil, saat Bareskrim Polri menggeledah kantornya, Jumat, 28 Agustus 2015.
Sofyan tidak mengetahui kalau percakapan itu saat Lino bersama dengan para wartawan. Alhasil, isi pembicaraan, termasuk ancaman Lino akan mundur apabila Presiden Joko Widodo tak turun tangan menyelesaikan kasus tersebut, diketahui publik.
"Itu nggak etis. Karena saya telepon cuma gara-gara ingin empati. Saya telepon ada apa. Ternyata dia lebih emosional sekali. Dia buka dan itu dia bilang saya akan mundur," kata Sofyan di Istana Negara, Jakarta, Senin, 31 Agustus 2015.
Baca:
Sofyan mengaku sudah tahu kapasitas Lino sejak dia menjabat Menteri BUMN pada 2008, atau masa kabinet Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla. Walau dengan ancaman itu, Sofyan tidak mempersoalkannya.
"Saya bisa mengerti kerena orang lagi emosi karena merasa diperlakukan tidak adil," kata Sofyan.
Sofyan menjelaskan, Lino yang pertama kali mengirim pesan singkat ke dirinya soal penggeledahan oleh Bareskrim Polri itu. Setelah rapat, dia langsung menghubungi Lino.
"Ya itu orang emosi. Karena sudah emosi, karena sudah menyelesaikan port, dia sudah emosi jadinya dia katakan seperti itu," kata Sofyan.
Penggeledahan oleh Bareskrim Mabes Polri, dilakukan di dua gedung PT Pelindo II. Gedung IPC atau gedung lama dilakukan penggeledahan, termasuk di ruangan Lino di lantai 7. Sementara itu, di gedung baru, di lantau 7 juga digeledah. Ruangan itu adalah sekretaris perusahaan.
Bareskrim mencium adanya dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang atau money laundring pada pengadaan proyek mobile crane oleh PT Pelindo II. Penggeledahan berlangsung pada Jumat sejak pukul 14.00 Wib hingga 22.00 WIB. (ase)
Garis Tangan Buat Dua Orang ini Tetap Jadi Menteri
Garis tangan sangat memengaruhi hidup seorang manusia.
