Ini Percakapan Dirut Pelindo dengan Menteri Sofyan Djalil

RJ Lino
Sumber :
  • indonesiaport.co.id
VIVA.co.id - Tim penyidik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menggeledah ruang Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II, di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Jumat, 28 Agustus 2015.
Menguak Persoalan Utama Logistik Nasional

Richard Joost Lino atau RJ Lino, sang Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II, tak terima dengan penggeledahan itu karena tak pernah dipanggil atau dimintai keterangan oleh polisi.
Bongkar Muat di Tanjung Priok Dijanjikan Dua Hari

Dia mengaku tak tahu menahu duduk perkara hingga polisi membongkar-bongkar kantornya. Dia pun merasa tersudut dan telah diadili karena polisi menyertakan para wartawan dalam penggeledahan itu.
Kontainer Nginap Lebih 2 Hari Akan Didenda Rp5 Juta/Hari

Saat para penyidik Bareskrim Mabes Polri menggeledah, RJ Lino ditelepon Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil. Dia sengaja mengeraskan volume telepon selulernya dengan maksud memperdengarkan percapakan kepada para wartawan yang mengerubunginya.

RJ Lino mengadukan penggeledahan itu kepada Sofyan Djalil di ujung telepon. Dia membeberkan aktivitas penyidik polisi yang disebut hendak mencari dokumen pengadaan delapan unit mobile crane atau alat pemindah peti kemas.

Dalam penggeledahan itu, ditemukan delapan unit mobile crane yang terbengkalai di pelabuhan sejak 2013. Mobile crane dianggap mempengaruhi proses dwell time alias bongkar muat di pelabuhan.

Kepada Sofyan Djalil, RJ Lino mengaku tak menghalang-halangi tindakan polisi. Dia cuma memprotes penggeledahan itu seolah tiba-tiba dan dia sebagai tertuduh, ditambah diliput media massa.

Berikut ini salinan atau transkrip percakapan melalui sambungan telepon antara RJ Lino dengan Sofyan Djalil:

RJ Lino: Halo, Pak Sofyan. Selamat siang, Pak.

Sofyan: Kenapa, Pak RJ Lino?

RJ Lino: Begini. Ini saya baru pulang rapat di luar, tiba-tiba saya kaget, begitu banyak polisi ada di kantor.

Sofyan: Ada apa?

RJ Lino: Ada penggeledahan. Mungkin mereka cari file (dokumen). Saya hormatilah tugas mereka. Tapi tidak bisa begini. Harusnya (saya) dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu, ada apa gitu.

Sofyan: Hmmm... (berdeham)

RJ Lino: Kemudian seperti crane itu, yang sepuluh buah itu. Itu very small investment (investasi bernilai kecil) dari investment (investasi) yang besar yang kita lakukan. Kemudian itu sudah proses, itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya.

Sofyan: Yang dulu itu?

RJ Lino: Bukan lagi, Pak. Bukan yang saya dipanggil KPK itu. Dulu di KPK saya masih ikut campur untuk mutusin (memutuskan kebijakan), karena enggak jalan. Kalau ini, saya sama sekali enggak tahu. Jadi mulai dari proses lelang, kemudian.

Sofyan: Memang ada yang lapor?

RJ Lino: Saya kira ini ada karyawan JICT (Jakarta International Container Terminal) yang laporlah ini, biasa. Yang ini, mulai proses lelang sampai diputusin pemenang kontrak, saya tidak mengerti apa-apa.

Sofyan: Ya, ya, ya. Terus?

RJ Lino: Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang, saya tadi SMS (mengirim pesan singkat kepada) Pak Luhut Panjaitan (Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Saya bilang, kalau begini caranya, saya berhentilah (mengundurkan diri sebagai Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II) sekarang.

Sofyan: Terus, bagaimana sekarang?

RJ Lino: Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Enggak bisa negeri ini, Pak.

Sofyan: Ditelepon Pak Tito? Pak Kapolda? (Kepala Polda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian).

RJ Lino: Enggak. Tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan Kapolda, Pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok (saya) berhentilah.

Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on (tolonglah), Pak. I'm make this company so rich (Saya telah membuat perusahaan ini menguntungkan). Kok, malah saya dihukum begini. Enggak fair (adil), Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden, deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti.

Sofyan: Ibu Rini Sumarno (Menteri Badan Usaha Milik Negara), gimana?

RJ Lino: Ibu Rini sudah telepon Kapolri (Kepala Polri, Jenderal Badrodin Haiti). Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden, Pak. Kalau caranya begini, saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed (kecewa). Saya sama sekali disappointed (kecewa).

Sofyan: Dasarnya apa?

RJ Lino: Dasarnya, katanya, ada korupsi sama money laundering (tindak pidana pencucian uang). Come on (tolonglah). Jadi, Pak Sofyan tolong kasih tahu Presiden, kalau tidak clear-kan (diselesaikan) hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini.

(ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya