Puan Maharani: Sungai di Indonesia Berubah Fungsi

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ D. A. Pitaloka
VIVA.co.id
Menko PMK: Kampung KB, Wadah Gerakan Masyarakat Sehat
- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, mengatakan keberadaan sungai sejak lama telah menjadi salah satu sumber terbangunnya peradaban manusia.

Puan Maharani Buka Indonesia Fashion Week 2016

Karena itu, kata Puan, masyarakat harus menjaga dan melindungi sungai yang salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, serta tidak menganggap sungai sebagai sumber masalah dan bencana.
Puan Maharani: Tata Ulang Orientasi Pendidikan Tinggi


Hal itu disampaikan Puan, ketika membuka Festival Serayu Banjarnegara dan Kongres Sungai Indonesia Tahun 2015 di Banjarnegara, Jawa Tengah.‎ Ini untuk pertama kalinya Indonesia menggelar perhelatan yang secara khusus terkait dengan sungai.


"Diperlukan perubahan cara pandang, cara kerja, dan cara hidup kita dalam menjadikan sungai sebagai pusat peradaban dan menjauhkan sungai dari tempat pembuangan sampah, atau pun sebagai sumber bencana," kata Puan melalui pernyataan tertulis kepada
VIVA.co.id
, Rabu 26 Agustus 2015


Hadir dalam acara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Banjarnegara.


Puan mengatakan, sungai telah sejak lama menjadi acuan utama dalam membangun pemukiman, kota, serta peradaban. Dari sungai, manusia memanfaatkan airnya untuk mencukupi kebutuhan hidup seperti air bersih, irigasi, transportasi, perikanan, pariwisata, serta menjadi sumber pembangkit listrik.


Tidak hanya itu, lanjut Puan, sungai juga menjadi sumber air yang pada perkembangannya telah menjadi tempat terbentuknya kota sejak jaman nenek moyang, seperti Sungai Tigris di Bagdad, Sungai Thames di London, dan Sungai Brahmaputra di Delhi.


Demikian juga yang terjadi di Indonesia, Puan mengatakan, sungai juga membentuk antara lain kota Surabaya (Kali Brantas), kota Jakarta/Batavia (Kali Ciliwung), Kota Pontianak (Sungai Kapuas), serta Kota Samarinda (Sungai Mahakam).


"Menjadi keprihatinan bersama. karena fenomena beberapa dekade terakhir ini hampir semua sungai telah berubah fungsi. Perilaku manusia modern justru bertentangan dengan misi peradaban dan keberadaan sungai," ujar Puan.


Saat ini, kata Puan, sungai tidak lagi diperlakukan sebagai sentrifugal kehidupan yang harus dirawat dan dilestarikan. Namun, sebaliknya sungai dirusak dan dicemari, dan sungai sudah berubah fungsi dan diperlakukan sebagai tempat pembuangan sampah, pelimbahan dan dianggap sebagai salah satu sumber bencana.


"Saya mengingatkan kembali bahwa bencana paling banyak terjadi di negara kita, yaitu bencana hydrometeorologis dan klimatologis sebesar 80 persen yang berupa bencana banjir, kekeringan, tanah longsor serta gelombang pasang," kata Puan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya