Ini yang Bikin Bung Karno Tertarik Jadi Presiden

Bung Karno.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Pada tahun 1900, R. Soekeni Sosrodihardjo (ayahanda Soekarno) dipindahtugaskan dari Singaraja, Bali, sebagai guru di Sekolah Rakyat Sulung, Surabaya.

Kisah Bung Karno Kelabui Jepang Lewat Pidato

Saat pindah itu, istrinya, Nyoman Rai Srimben sedang dalam keadaan hamil muda. Mereka kemudian mengontrak sebuah rumah di Pandean, yang sekarang adalah rumah di Pandean IV/40 tersebut.
 
Tak lama setelah kedatangan mereka di Surabaya, tepatnya pada 6 Juni 1901, Nyoman Rai Srimben melahirkan seorang putra yang diberi nama Koesno, yang kemudian menjadi Soekarno.
 
Peter A Rohi, 68, dari Soekarno Institute, yang memaparkan data bahwa Soekarno lahir di Surabaya mengungkapkan bahwa sebenarnya Soekarno tak pernah tinggal di Blitar.
 
Peter mengatakan, Blitar adalah tempat penugasan terakhir R. Soekeni. Sebelum di Blitar, R. Soekeni dan keluarga sempat berpindah-pindah mengikuti perintah dinas, antara lain di Singaraja, Sidoarjo, Surabaya, Tulungagung, Mojokerto, dan Blitar.
 
Dari Mojokerto, R Soekeni dipindahkan ke Blitar untuk memenuhi promosinya sebagai pemilik sekolah pada tahun 1917. Saat itu, Soekarno sudah indekos di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh Gg VII, tak jauh dari rumah tempat kelahirannya.
 
“Sedangkan rumah yang sekarang dikenal sebagai rumah orang tua Bung Karno di Blitar itu dibeli tahun 1920,” kata Peter.
 
Saat itu, Bung Karno sudah masuk THS (Sekolah Tinggi Teknik, sekarang ITB) di Bandung membawa serta istrinya Siti Oetari (istri pertamanya, anak HOS Tjokroaminoto).

“Jadi, praktis Bung Karno tidak pernah tinggal di Blitar selain beberapa kali berkunjung dan sungkem pada kedua orang tuanya di sana,” ungkapnya.
 
Di Tulungagung, Soekarno kecil beberapa tahun mengikuti kakeknya Hardjodikromo di Desa Kepatihan, Tulungagung. Di sini ia berkenalan dengan dunia pewayangan.

Ini Alasan Bung Karno Pilih Ali Sadikin

Di sini pula Bung Karno pertama kali masuk sekolah dan belajar mengenal angka dan huruf serta mengidentikkan dirinya dengan tokoh Bima, yang kemudian nama itu dipakai sebagai nama samaran dalam tulisannya.
 
Sedangkan di Mojokerto, Bung Karno kecil agak lama tinggal di kota ini. Di sini dia akrab dengan Wagiman, dan sering tiduran di rumahnya yang lebih mirip gubuk. Wagiman pandai bercerita tentang tokoh-tokoh pewayangan. Tak bosan-bosan Soekarno mendatangi gubuknya itu.
 
Pergaulannya dengan Wagiman itulah yang membuat Soekarno amat antusias dengan persoalan-persoalan bangsa yang terjajah. Dia mulai tersentuh dengan penderitaan rakyatnya.
 
Kelahiran Surabaya

Selama ini, banyak orang meyakini bahwa Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur. Namun, ternyata Presiden RI 1 itu lahir di Surabaya. Sebenarnya dalam semua penulisan biografi Soekarno sebelum tahun 1970, semuanya menulis Soekarno lahir di Surabaya.
 
Peter memaparkan, buku-buku biografi itu antara lain, Soekarno sebagai Manoesia (Im Yang Tjoe, Penerbit Ravena, Solo 1933), Kamus Politik (AM Adinda/Usman Burhan, Penerbit Ksatrya Surabaya, 1950.
 
Tiga terbitan ensiklopedi masing-masing Ensiklopedia Indonesia 1955, NV Penerbitan W. Van Hoeve Bandung. ’S - Gravenhage: (djilid III N-Z) halaman 1265; Ensiklopedi Indonesia (edisi khusus, jilid 6 SHI - VAJ) terbitan PT Ichtiar Baru, Van Hoeve Jakarta 1986; Ensiklopedi Nasional Indonesia (jilid 15 SF-SY) Penerbit Delta Pamungkas, Jakarta 1997, halaman 311. Tiga ensiklopedi itu menulis Soekarno kelahiran Surabaya, 1 Juni 1901.

Buku-buku Soebagijo IN (Pengukir Jiwa Soekarno), Solichin Salam (Bung Karno Putra Sang Fajar), Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dkk (Ayah Bunda Bung Karno, Penerbit Republika 2002), Nasution M.Y. (Riwayat Ringkas, Penghidupan dan Perjuangan Ir. Soekarno) semuanya mencantumkan alamat lokasi Bung Karno dilahirkan, yaitu di Kampung Pandean IV/40, Surabaya.
 
Wartawan senior dari Surabaya itu menyatakan, penemuan data-data tersebut bukanlah kerja dia semata. Penelitiannya itu menurut Peter dilakukan oleh para ahli sejarah.

Kisah Bung Karno Menolak Diselundupkan

“Saya hanya orang yang berani mempublikasikan data-data tersebut melawan ratusan juta lebih kepala dengan pola pikir Bung Karno lahir di Blitar,” ujarnya.

Guruh Soekarnoputra

Pejabat Hingga Artis Hadiri Ulang Tahun Guruh Soekarnoputra

Guruh hari ini menginjak usia ke-63 tahun.

img_title
VIVA.co.id
13 Januari 2016