Ritual Kabut di Balik Ditemukannya Jasad Tragedi Trigana Air

Trigana
Sumber :
  • @kemenhub
VIVA.co.id
Kisah Tragis dan Mistis di Balik Evakuasi Tragedi Trigana
- Setelah sempat dikabarkan hilang kontak dalam penerbangan dari Bandar Udara Jayapura menuju Oksibil pada Minggu 16 Agustus 2015, pesawat Trigana Air nomor penerbangan IL-275 akhirnya ditemukan jatuh di tengah hutan di Kampung Bape. Perbatasan antara Distrik Seram dan Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.

TNI: Baru Empat Jasad Korban Trigana Dievakuasi ke Jayapura

Namun, tim pencari dan penyelamat atau
Anak Mekanik Trigana Ulang Tahun Saat Jasad Ayah Dievakuasi
Search and Rescue (SAR) baru dapat menggapai lokasi jatuhnya pesawat di koordinat 04 derajat  49 menit 289 Lintang Selatan, 140 derajat 29 menit 953 Bujur Timur di hari kedua, Selasa 18 Agustus 2015. Pesawat itu dinyatakan hilang kontak.

Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya FHB Soelistyo, mengatakan tim penyelamat mengalami kesulitan menembus lebatnya rimba Papua dan menggapai lokasi bangkai Trigana karena kondisi alam yang tidak bersahabat.


Operasi penyelamatan melalui udara terkendala kabut tebal yang menutupi langit sekitar lokasi. Sedangkan, operasi penyelamatan melalui darat terkendala medan hutan yang berbahaya dan sulit ditembus.


Hingga akhirnya, tim SAR gabungan dari Kantor SAR Jayapura dan TNI serta Polri sampai juga di lokasi dengan cara membuka jalur baru. "Tim berhasil menyusui jalan setapak menuju lokasi," kata Soelistyo, Selasa 18 Agustus 2015.


Selanjutnya... Ritual menghilangkan kabut...




Ritual menghilangkan kabut


Jerih payah tim penyelamat gabungan untuk menggapai lokasi jatuhya Trigana patut apresiasi. Bagaimana tidak, lokasi jatuhnya Trigana bukan sembarang hutan.


Selain kondisi hutan yang masih jarang dijamah manusia, kondisi cuaca di lokasi juga tak menentu.


Menurut Kepala Pengelola Keuangan Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang, Mardin Manurung, tak hanya kabut dan belukar yang menyulitkan menembus lokasi, tapi juga kabut tebal yang turun menutupi area hutan itu.


"Pagi ini tim SAR sudah tiba di lokasi, setelah tadi malam sempat terhenti karena hujan deras dan kabut yang membuat jarak pandang hanya satu meter," ujar Mardin.


Mardin mengatakan, selain melakukan perjalanan panjang menuju lokasi, selama proses penyelamatan, masyarakat setempat juga turut berperan.


Memang, hanya sebagian kecil masyarakat setempat yang ikut dengan tim penyelamat ke dalam hutan. Tapi, menurut kepercayaan masyarakat setempat, ada cara khusus untuk membuat lokasi terbebas dari kabut.


Mardin menceritakan, saat tim penyelamat mulai bergerak menuju lokasi, baik melalui darat dan udara, masyarakat Pegunungan Bintang menggelar ritual khusus yang disebut dengan doa adat.


"Sesuai kepercayaan warga di sana, untuk menaikkan awan tebal yang terus menyelimuti lokasi ke langit harus dilaksanakan doa adat, dan sesuai harapan, cuaca hari ini mulai bersahabat," tuturnya.  (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya