Menristek Janji Akomodasi Kebutuhan Iptek Hingga 2045

Menristek Muhammad Nasir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Tak Di-reshuffle, Menristekdikti Beberkan Terobosannya
- Mengisi rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-20, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengadakan Rakornas Iptek 2015.

Kementerian Kesehatan Diminta Uji Teknologi Warsito

Rakornas Iptek 2015 ini diawali dengan serangkaian acara, antara lain Pra Rakornas Iptek yang terbagi jadi dua, yakni Pra Rakornas 1 pada tanggal 1 Juli dan Pra Rakornas 2 di tanggal 8 Juli 2015.
Soal Ikan Sepat, Prancis Tukar Ilmu dengan Indonesia


Menristek Dikti M. Nasir, mengatakan tujuan dari Rakornas Iptek 2015 ini untuk menghasilkan konsensus dan komitmen yang dapat mempererat kerja sama semua
stakeholder
riset iptek, dan pendidikan tinggi dengan dunia usaha.


"Hal itu bertujuan dalam rangka peningkatan pemanfaatan dan pendayagunaan hasil-hasil riset (hilirisasi produk riset), guna mendukung peningkatan nilai tambah, daya saing, dan perekonomian nasional," ujar Nasir dalam keterangannya, Rabu, 5 Agustus 2015.


Dalam diskusi yang berlangsung secara konstruktif dan produktif Rakorsnas Iptek 2015 yang telah berlangsung, menghasilkan butir-butir dan rekomendasi, yakni pentingnya membangun dan mewujudkan Rencana Induk Pembangunan Iptek Nasional (RIPN) yang visioner. Maksud dari visioner ini ialah berwawasan jangka panjang yang mengakomodasi kebutuhan Iptek bagi industri dan pengguna hingga tahun 2045.


Nasir mengungkapkan rencana induk tersebut akan menjadi landasan dan pedoman legal dengan posisioning kebijakan yang jelas, sistematis, dan visioner.


"Perlunya kebijakan yang mampu mendorong tumbuh kembangnya lembaga intermediasi (antara lain STP, inkubator, dan lainnya) yang dapat memberikan fasilitas informasi, interaksi komunikasi, dan kolaborasi dua arah, yakni penghasil teknologi bagi (lembaga litbang, perguruan tinggi) dengan pengguna teknologi (industri, pengusaha, pemerintah)," tutur dia.


Nasir melanjutkan, bahwa sudah saatnya kita harus mencoba mengembangkan teknologi yang baru. Dalam hal ini, kata dia, berkaitan dalam energi, seperti energi yang terbarukan.


"Khususnya di bidang geothermal, mikrohidro, mungkin yang terkait dengan solar cell yang dalam hal ini sangat penting bagi kita," ucap Nasir.


Nasir juga menyampaikan perlunya kesepahaman tentang rencana aksi dan implementasi proses hilirisasi teknologi dari lembaga riset ke industri atau badan usaha, agar proses hilirisasi dapat berjalan tepat dan cepat.


"Perlunya kebijakan pemerintah mampu mendorong peningkatan lembaga keuangan, mampu meningkatkan komunikasi dan interksi serta kerja sama antara lembaga riset dengan dunia usaha," kata Nasir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya