Kemarau, Warga di Desa Ini Kumpulkan Tetesan Air dari Pohon

Ilustrasi/Krisis air bersih di Sikka, Nusa Tenggara Timur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Tofik Koban

VIVA.co.id - Memprihatinkan. Mungkin ini kalimat yang tepat mewakili nasib ribuan warga di Desa Iligai, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Bagaimana tidak, sejak puluhan tahun silam tak pernah sekali pun mereka menikmati fasilitas air bersih di desanya.

Kini, kondisi diperparah dengan musim kemarau. Sebanyak 1.441 jiwa di desa ini pun masih berebut air dari pohon pisang, Teri atau Pohon Lawa yang dipotong dan kemudian disedot setetes demi setetes.

"Sudah sejak Indonesia merdeka kondisi kami selalu seperti ini. Mengumpulkan air bersih dari pohon sudah menjadi keseharian nasib kami," kata seorang warga setempat, Densia Dite, Senin, 3 Agustus 2015.

Pengakuan Densia, untuk mengambil air di batang pohon, warga memang harus bersabar. Sebab usai memilih pohon yang dianggap mampu menyimpan air.

Pohon-pohon itu harus dipangkas hingga gundul. Kemudian dari akarnya dibuat penyulingan dengan belahan bambu. "Usai itu baru ditaruh di jeriken. Bisa seharian penuh kalau ingin jerikennya penuh," kata Densia.

Yohanes Petrus, Kepala Dusun Bauletet, Desa Iligai, mengakui pasokan air memang sudah menjadi masalah pelik di desanya.

Untuk mencuci dan mandi saja warga harus berjalan kaki hingga tiga kilometer ke dalam hutan. "Sudah beberapa kali disampaikan masalah ini tak pernah direspons," ujar Yohanes.

Saat ini, memang ada pasokan air ke desa mereka. Namun, sayangnya ongkos pemesanannya mencapai Rp1 juta per tangki. Sehingga membuat warga keberatan.

"Kami mohon pemerintah dapat memperhatikan kondisi kami. Tidak mungkin kami harus bertahan seperti ini turun temurun. Indonesia saja sudah merdeka berpuluh tahun, masa kami tetap menderita," ujarnya.

Musim Kemarau, Panen Apel Malang Melimpah

Laporan: Tofik Koban/NTT

Krisis air bersih di Nusa Tenggara Timur

'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan

Air sudah menjadi barang langka.

img_title
VIVA.co.id
30 Januari 2016