Kemarau, Suhu di Taman Nasional Baluran 40 Derajat Celsius

Taman Nasional Baluran
Sumber :
  • Taman Nasional Baluran

VIVA.co.id - Lembaga konservasi satwa dan hutan yang berbasis di Malang, khawatir terhadap kemarau yang datang begitu panjang. Sebab, akan mengancam populasi satwa di padang savana Taman Nasional Baluran.

'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan

Taman nasional dengan luas 25 ribu hektare, dan 5.000 hektare di antaranya adalah padang savana, memiliki suhu tertinggi mencapai 40 derajat celsius saat musim kemarau.

“Pengamatan kami, setiap tahun selalu ada pasokan air dari luar kawasan. Dengan curah hujan terakhir pada Mei, pasokan air dari luar paling cepat harus masuk sejak Agustus ini,” kata Chairman ProFauna, Rosek Nursahid, Sabtu 1 Agustus 2015.

Taman nasional yang terletak di Kabupaten Situbondo Kecamatan Banyuputih Desa Wonorejo, Dusun Sumberawu itu memiliki julukan Africa Van Java, lantaran suhunya bisa mencapai 40 derajat di musim kemarau.

Tempat ini juga dikenal sebagai habitat sejumlah satwa endemik pulau Jawa, di antaranya adalah Banteng Jawa ( Bos Javanicus) serta sejumlah satwa lain seperti Ajak, Rusa, Kerbau, Burung Merak dan Kijang.

Matahari Menuju Utara Katulistiwa, Bali Panas Menyengat

Meskipun populasi Banteng semakin sulit ditemukan, namun padang Savana di kawasan Taman Nasional Baluran tetap menjadi tempat tinggal dari aneka satwa tersebut.

“Satwa selalu berkumpul mencari makan dan minum di padang savana. Pada saat musim kemarau, tidak hanya air rumput juga akan susah, tetapi ketahanan satwa pada air lebih rendah dibandingkan pada makanan,” katanya.

Sejumlah satwa, bahkan membutuhkan air untuk bertahan hidup lebih banyak dibandingkan satwa lain. Kerbau misalnya, satwa itu tak bisa hidup tanpa berkubang di air untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap lembab.

Ini Dampak Perubahan Iklim pada 690 Juta Anak di Dunia

“Kerbau butuh berkubang sebagai mekanisme untuk melindungi tubuh dari sengat matahari, agar tidak dehidrasi. Jika tidak ada kubangan, kerbau bisa mati,” ujar dia.

Menurutnya, ekosistem di Savana bisa bertahan hidup selama dua bulan tanpa hujan. Lebih dari itu, pasokan air dan pakan alami akan semakin berkurang dan habis.

“Umbi-umbian akan kering tanpa hujan dua bulan, pakan alami pun akan susah. Air biasa dipasok di kubangan buatan di sepanjang savana selama musim kemarau untuk kebutuhan satwa,” ucapnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Malang menyebut  sebagian besar wilayah Jawa Timur sudah tidak lagi mendapat hujan sejak Mei 2015. Mereke juga memprediksi, hujan baru akan turun paling cepat pada Oktober 2015. (asp)

Savana Bekol, Indahnya Afrika Ala Jawa Timur di Taman Nasional Baluran

Savana Bekol, Afrika Ala Jawa Timur di Baluran

Berlibur ke sini, Anda seperti berada di Afrika.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016