Hadir di Lapangan, Masalah Petani Terpecahkan

Ancaman Kekeringan
Sumber :
  • Antara/Rosa Panggabean
VIVA.co.id
Indonesia Terancam Krisis Petani
- Beberapa sentra produksi pangan mengalami kekeringan dan ini bagaikan langganan yang datang tiap tahun. Bahkan kekeringan bukan hanya mengancam produksi pangan nasional, tapi juga menyebabkan kerugian cukup besar, bukan hanya petani, tapi juga secara nasional.

Rutin Impor Daging Sapi, Solusi Turunkan Harga?

Di sentra produksi di wilayah Pantai Utara (pantura) Jawa Barat, seperti Indramayu dan Cirebon juga mulai terkena imbas musim kemarau. Di Jawa Tengah, kekeringan mengancam sentra padi di Demak, Grobogan dan Pati, dan di Jawa Timur daerah yang terkena ancaman kekeringan adalah Kabupaten Bojonegoro.
Jokowi Tak Puas Harga Beras Cuma Turun 1,1 Persen


Bupati Cirebon, Sunjaya Purwadisastra mengatakan, dari luas areal lahan sawah sekitar 53.368 hektar (ha) dan luas tanam padi sebanyak 90.020 ha, pada tahun 2015 sampai Juni sekitar 3.232 ha yang terancam kekeringan. Dari luasan tersebut sekitar 90 ha sudah terkena kekeringan.

Masalah kekeringan tersebut menurut Sunjaya, terjadi hampir setiap tahun. Apalagi Kabupaten Cirebon secara geografis terletak di daerah hilir dan dekat laut, sehingga jika air laut pasang tidak cocok untuk budidaya padi sawah. “Selain itu tingkat sedimentasi juga tinggi,” ujarnya.


Tetangga wilayah Cirebon yakni Kabupaten Indramayu juga mengalami hal yang sama. Menurut Wakil Bupati Indramayu, Supendi, di wilayahnya setidaknya sekitar 30 ribu ha dari total 180 ribu ha lahan sawah berpotensi kekeringan. Luasannya tersebut berada di 10 kecamatan di Kabupaten Indramayu.


Kekeringan yang terjadi saat ini hampir mirip dengan tahun 2012, tapi memang lebih ringan. Penyebabnya adalah musim kemarau yang maju. Jika sebelumnya baru terjadi Juli, tapi tahun ini pada Mei lalu hujan sudah mulai berkurang.


Begitu juga di Jawa Tengah. Seperti Kabupaten Pati, tepatnya di Kecamatan Kayen ada sekitar 300 ha yang terancam kekeringan, sehingga ada potensi penurunan hasil sebesar 10 persen. Di Kabupaten Grobogan, kekeringan terjadi karena debit air kurang. Bupati Grobogan, Bambang Pudjiono memperkirakan, ada sekitar 6 ribu ha yang terancam kekeringan dan puso 1.500 ha.


Kekeringan yang mengancam sentra pangan tersebut dari tahun ke tahun sepertinya tak bisa terpecahkan. Bahkan terkesan menjadi sesuatu yang biasa. Padahal jika lebih serius, hal tersebut dapat dicari solusinya sehingga upaya mencapai swasembada pangan akan dapat dicapai.


Secara nasional ada 96 kabupaten yang diprediksi mengalami kekeringan, dengan endemis kekeringan 189 ribu ha dan puso 25 ribu ha. Data Ditjen Tanaman Pangan, selama periode Januari-April, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan yakni seluas 13.677 ha (0,27 persen dari luas tanam 4.991.038 ha).


Pecahkan masalah di lapangan

Saat memantau wilayah kekeringan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman terungkap beberapa wilayah sentra pangan memang menghadapi ancaman kekeringan. “Fakta yang ada memang harus kita akui ada kekeringan,” kata Mentan saat meninjau wilayah kekeringan di Indramayu dan Cirebon, beberapa waktu lalu.


Namun Mentan menyayangkan kondisi tersebut justru hampir terjadi tiap tahun dan belum terpecahkan. Padahal jika melihat persoalannya bukan hal yang sulit untuk diselesaikan. Bahkan dengan biaya yang relatif jauh lebih murah dibandingkan kerugian akibat kekeringan.


Misalnya, kasus kekeringan di Indramayu dengan memberikan dua pompa air seharga Rp150 juta, sekitar 10 ribu ha lahan sawah bisa diselamatkan. Jika tidak ada bantuan pompa air, maka kerugian diperkirakan mencapai Rp200 miliar.


Kalkulasinya, dengan produktifitas sekitar 5 ton gabah kering giling (GKG) per hektar, produksi padi yang dihasilkan sekitar 50 ribu ton GKG.  Jika harga gabah sekitar Rp4 ribu/kg, maka potensi kerugian mencapai Rp200 miliar. Ini baru satu wilayah saja, belum di daerah lain.


Sebagai antisipasi meminamalisir kekeringan, Mentan mengungkapkan, solusi jangka pendek pemerintah telah memberikan bantuan pompa. Pada tahun 2014, melalui dana kontigensi pemerintah memberikan bantuan sebanyak 3.000 unit pompa air. Sedangkan tahun 2015 sebanyak 9.178 unit pompa air.


“Jumlah ini terbanyak sepanjang sejarah. Jadi kehadiran kami ke lapangan adalah untuk membantu menyelesaikan permasalah petani. Itulah alasan kami memberikan pompa untuk daerah yang rawan kekeringan. Kalau kita bergerak cepat semua bisa diselesaikan,”  tuturnya.


Sedangkan dalam jangka panjang, pemerintah akan membangun embung untuk menampung air. Bahkan pemerintah juga sudah sedini mungkin mengantisipasi ancaman kekeringan dengan memperbaiki jaringan irigasi. Target perbaikan irigasi selama tahun 2015 sekitar 2,6 juta ha.


Sementara itu Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian untuk mencapai ketersediaan pangan. “Kami setuju sepanjang yang pemerintah lakukan dan berikan bermanfaat untuk petani dan masyarakat,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya