TNI AL Beli 11 Helikopter Tempur, Dunia Cemas

Operasi Pencarian Pesawat dan Penumpang AirAsia QZ8501
Sumber :
  • Pusat Penerangan TNI
VIVA.co.id
Intip Kemampuan Perang Panser TNI Buatan Bandung
- Rencana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut membeli 11 helikopter tempur dicemaskan dunia dan mulai disorot media internasional. Soalnya armada itu akan dipakai untuk mengaktifkan lagi Skuadron Udara 100 pemburu kapal selam yang ditakuti di era 1960-an.

Selundupkan Kayu, 8 Warga Papua Nugini Dicokok TNI AL

Alat utama sistem persenjataan TNI AL yang akan dibeli itu disorot media asing karena dapat meningkatkan secara signifikan kemampuan militer Indonesia dari ancaman bawah laut.
TNI AL Kecam Gugatan Pendirian Polres Bandara Juanda


"Skuadron penerbangan, bernama Skuadron Udara 100, akan dibangun untuk memberi dukungan operasional terhadap armada baru 11 heli antikapal selam berupa AS-565 MBe Panther." Demikian ditulis
The Diplomat
pada Minggu, 21 Juni 2015.


Tak disebutkan waktu pasti Skuadron Udara 100 resmi dioperasikan.
The Diplomat
menyebut satu sumber di TNI AL dan dikutip IHS Jane Defense Weekly bahwa skuadron akan dioperasikan saat heli pertama Panther diterima.


"Panther ini telah menjadi satu dari platform antikapal selam ringan/menengah terbaik di dunia, di mana terdapat sistem ASW terkini serta kemampuannya untuk dioperasikan dari kapal korvet maupun fregat kecil," kata Kepala Regional Asia Tenggara dan Pasifik, Philippe Monteux di Airbus.


Helikopter canggih itu diperkirakan diterima secara keseluruhan pada akhir 2017. Skuadron yang ditugasi untuk mengoperasikannya akan ditempatkan di Pangkalan Udara Juanda Surabaya, Jawa Timur. Helikopter itu akan dioperasikan untuk kapal SIGMA 10514 dan MRLF kelas Bung Tomo.


Sebagai perlengkapannya, helikopter AS-565 Panther akan dipasangi torpedo ASW Raytheon Mk 46 atau Whitehead A.244/S lightweight, dan termasuk sonar DS-100 helicopter long-range active sonar (HELRAS).


DS-100 merupakan jenis sonar versi 1.38 kHz dari AQS-18A yang lebih populer. Alat itu mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 500 meter untuk pemantauan dan pencarian bawah laut. Dengan resolusi proses dopler dan denyut yang panjang, bisa mendeteksi kapal selam meski melaju dengan kecepatan sangat rendah.


Bersama L-3, DS-100 bisa dipakai untuk mendeteksi, menetapkan target dan meluncurkan senjata terhadap target kapal selam di kedalaman atau perairan dangkal.


Skuadron 100


Skuadron Udara 100 TNI AL berintikan helikopter antikapal selam yang pernah ditakuti lawan pada era 1960-an. Skuadron 100 yang akan diaktifkan kembali menjadi tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.


TNI AL dan TNI Angkatan Udara sama-sama memiliki helikopter. Tetapi doktrin dan misi operasi mereka berbeda. Helikopter TNI AL, salah satunya harus mampu bermanuver pendaratan dan lepas landas dari geladak pendaratan (helipad) di kapal perang yang bergerak alias berlayar di laut pada berbagai skenario cuaca, misi, dan persenjataan.


Itu satu kemahiran utama yang sangat dipersyaratkan bagi penerbang-penerbang helikopter TNI AL yang tidak diperlukan penerbang helikopter di skuadron udara TNI AU.


Skuadron Udara 100 pada era 1960-an memiliki helikopter yang berkemampuan memburu kapal selam lawan yang cukup canggih di masanya. Namun pada tahun 1970-an, Skuadron Udara 100 dinonaktifan karena tidak ada alutsista yang secara khusus memiliki kemampuan untuk misi atau operasi semacam itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya