Bawa Tanah Kuburan Aryo Penangsang Bisa Kena Sial

Petilasan Aryo Penangsang
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko

VIVA.co.id - Kabupaten Cepu, Jawa Tengah terdapat petilasan Kadipaten Jipang Panolan. Petilasan ini terletak di desa Jipang, berjarak sekitar 8 kilometer dari Kota Cepu. Kerajaan ini terkenal di masa pemerintahan Adipati Aryo Penangsang dengan tunggangan kuda saktinya, Gagak Rimang.

Patung Yesus dan Bunda Maria di Gereja Klaten Dirusak

Petilasan Kadipaten Jipang berbentuk makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan bekas pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten itu. Di tempat ini bisa ditemukan petilasan Siti Hinggil, petilasan Semayam Kaputren, petilasan Bengawan Sore, petilasan Masjid, dan makam kerabat kerajaan kala itu. Makam raja raja kala itu antara lain makam Raden Bagus Sumantri, Raden Bagus Sosrokusumo, Raden Ajeng Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo juga ada di sana.

Di sisi utara makam Gedong Ageng bisa ditemukan makam Santri Songo. Disebut demikian karena di situ dapat ditemukan sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata pemerintahan Pajang.

Tanah di Banjarnegara Masih Terus Bergerak

Masyarakat Jipang sangat menghormati sosok Aryo Penangsang sebagai penguasa Jipang Panolan. Saking hormatnya, mereka tak berani membicarakan tentang Adipati yang dibunuh oleh Danang Sutowijoyo ini. Misalnya saja saat kita hendak menanyakan hal itu kepada beberapa warga, mereka menolak menjawabnya. Alasannya, mereka takut kualat kalau membicarakan hal itu.

Untuk mencapai daerah Jipang, bisa ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau mobil. Setiap pengunjung wisata sejarah Jipang wajib menjaga sopan santun, terutama saat masuk ke lingkup makam. Termasuk tidak melanggar sejumlah pantangan saat berkunjung ke makam.

Banjarnegara Kembali Longsor, 158 Jiwa Mengungsi

Juru kunci petilasan Kadipaten Jipang Tarno mengatakan, pengunjung dilarang membawa benda benda yang ada di lingkungan makam, termasuk tanah kuburan. Aturan lain adalah pengunjung juga diwajibkan untuk mengucap salam lebih dulu saat akan memasuki makam. Bahkan, pengunjung diingatkan agar tidak tinggi hati atau menyepelekan hal hal yang ada dalam kompleks makam.

"Kalau pantangan-pantangan ini dilanggar biasanya ada kejadian yang tidak baik menimpa orang tersebut," ujarnya.

Tarno bercerita, dulu pernah ada pejabat pemerintahan Blora yang mengambil sebuah batu bata di lingkungan makam. Namun, saat diingatkan oleh juru kunci, pejabat tersebut berujar. "Aryo Penangsang iku Bupati, aku, ya, Bupati. Apa bedanya?" Mendapat jawaban tersebut juru kunci lantas membiarkan pejabat itu membawa pulang batu bata yang dibungkus kain putih dan disimpan di rumahnya.

Beberapa hari kemudian tersiar kabar bahwa pejabat tersebut meninggal dunia. "Tapi, saya tak tahu persis apa ada hubungan antara batu bata dengan meninggalnya pejabat tersebut," ucapnya.

Cerita-cerita mistis yang bersumber pada sosok Aryo Penangsang tumbuh subur di Jipang. Misalnya ada cerita yang mengatakan bahwa sesekali aliran sungai yang berada dekat makam Aryo Penangsang berubah warna menjadi merah seperti darah. Darah itu diyakini berasal dari darah Aryo Penangsang saat ditombak oleh Danang Sutowijoyo.

Ada juga yang bercerita bahwa di sekitar sungai ada pohon kelapa yang kerap didatangi Gagak Rimang, kuda tunggangan Aryo Penangsang. Ringkikan kuda itu biasanya terdengar di malam hari. “Konon pohon kelapa tersebut dahulu merupakan tempat untuk menambatkan kuda Gagak Rimang.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya