Legenda Cocor Merah, Pesawat Pemburu Milik TNI

Pesawat cocor merah P-51 Mustang milik TNI
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
5 Bukti Kepribadian Menentukan Tempat Berlibur Anda
- Monumen Palagan Ambarawa merupakan simbol untuk mengenang sejarah pertempuran di Ambarawa yang terjadi pada 12 Desember – 15 Desember 1945. Monumen ini dibangun pada 1973 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 15 Desember 1974. Lokasinya berada di jalan MGR Soegiopranoto, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Menikmati Liburan Nyaman di Kapal Pesiar

Koleksi yang menarik di museum ini adalah pesawat Mustang P 51 Cocor Merah Belanda. Pasukan Tentara Kemanan Rakyat pernah menembak jatuh pesawat terbang sekutu ini  jatuh ke dalam Rawa Pening. Pesawat ini berasal dari skadron 13 Royal Air Force di Kali Banteng, Semarang.
Menyusuri Sungai Cigenter, 'Amazon' di Ujung Kulon


Cocor Merah adalah jenis pesawat pemburu dengan berat pesawat 7.000 kg, panjang pesawat 9,81 meter, bentang sayap 11,28 meter, tinggi terbang maksimum 7.720 meter.

Kemampuan jelajah 753 km/jam dengan kemampuan terbang 3.185 km. Pesawat yang diawaki satu orang ini dibekali delapan Browning Caliber dan Rocket Launcher, serta dua bom.


P-51 Mustang adalah sebuah pesawat petarung jarak jauh pengintai buatan Amerika Serikat . Pesawat ini menjadi salah satu pesawat tempur terbaik pada Perang Dunia II.

 

Mustang menjadi satu-satunya pesawat petarung yang mampu mencapai Berlin, baik untuk melangsungkan serangan mandiri maupun mengawal pesawat pengebom.

 

AURI pernah pula menggunakan Cocor Merah ini di awal-awal kemerdekaan. Mustang diproduksi ribuan dan digunakan oleh banyak angkatan udara, termasuk  Indonesia. Indonesia menerima Mustang sebagai hibah dari Belanda, ironisnya Mustang juga digunakan Indonesia melawan Belanda dan sekutunya di kemudian hari.


Kisah sejarah Si Cocor Merah sangat melegenda dalam mempertahankan kemerdekaan. Cocor Merah generasi pertama menggunakan pesawat P-51 Mustang. Namun, pesawat ini sudah lama dipensiunkan karena usia dan tidak tersedia suku cadang.

 

Beberapa rongsokan Cocor Merah di antaranya masih bisa bisa disaksikan di Museum Dirgantara Yogyakarta, Monumen Palagan Ambarawa, juga di Museum Satria Mandala Jakarta.

 

Setelah pesawat Mustang banyak yang tidak bisa digunakan, mulai tahun 1976 Skuadron Udara 21 mengganti Cocor Merah dengan pesawat tempur OV-10F Bronco.


Museum Palagan Ambarawa


Monumen Palangan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. (VIVA.co.id/Dody Handoko)

Setelah 30 tahun bertugas menjaga wilayah Indonesia, pesawat Bronco pun harus dipensiunkan pada 2007. Selama beberapa tahun, Skadron Udara 21 tidak memiliki Cocor Merah. 

 

Beberapa Cocor Merah baru buatan pabrik pesawat tempur dari Brasil, Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) sudah datang. Cocor Merah generasi ketiga kali ini menggunakan pesawat EMB 314 Super Tucano. Indonesia memang telah membeli 16 buah pesawat Super Tucano baru.

 

Seperti Cocor Merah sebelumnya, pada bagian bawah hidung pesawat Super Tucano yang baru ini juga dihiasi dengan mulut  hiu warna merah. Gambar mulut hiu kali ini merupakan rancangan mantan panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, almarhum Marsekal Muda TNI Faustinus Djoko Poerwoko.

 

Super Tucano merupakan pesawat turboprop  atau jet baling-baling yang lincah. Sebagai pesawat tempur pengintai dan pengawalan, pesawat ini dilengkapi dengan senjata mutakhir dan sistem kontrol otomatis.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya