DPR: Jangan Samakan Pengelolaan Haji RI dengan Malaysia

Jemaah haji di Tanah Suci
Sumber :
  • VIVAnews/Umi Kalsum
VIVA.co.id
Keberangkatan Ditunda, Dua Calon Haji Tunggu Putusan Hakim
- Ketua Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, berpendapat bahwa pengelolaan haji di Indonesia tak bisa disamakan dengan di negara lain. Soalnya jumlah jemaah haji Indonesia adalah terbanyak di dunia dan tingkat kerumitan serta permasalahannya pasti berbeda.

Calon Haji Asal Madura Nekat Bawa Jamu Kuat Lelaki

"Sering kita mendengar orang membandingkan penyelenggaraan haji Indonesia dengan Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Tentu tidak bisa disamakan. Dipastikan persoalan haji Indonesia lebih rumit dan kompleks," katanya melalui pesan elektronik pada Minggu, 3 Mei 2015.
Jemaah Haji Indonesia Kloter Pertama Tiba di Madinah


Dari sisi jumlah jemaah, jemaah reguler Indonesia mencapai 155.200, sementara Malaysia hanya 27.000. Dengan jumlah sebanyak itu, Indonesia harus memberangkatkan haji dalam 371 kloter. Berbeda dengan Malaysia yang hanya 64 kloter. Demikian juga dengan pemondokan, jemaah yang sedikit seperti Malaysia hanya membutuhkan sembilan hotel, sementara Indonesia harus menyewa lebih dari seratus hotel.


Dari sisi daftar tunggu, Malaysia jauh lebih lama dari Indonesia. Dengan program tabung hajinya, saat ini daftar tunggu di Malaysia sudah mencapai 51 tahun. Di Indonesia, daftar tunggunya hanya antara sembilan sampai 20 tahun. Dengan diterapkannya haji sekali seumur hidup, daftar tunggu di Indonesia diharapkan akan lebih singkat.


"Hanya saja, penyelenggaraan haji di Malaysia lebih fleksibel. Penentuan ongkos haji, misalnya, tidak perlu mendapat persetujuan DPR. Di kita, setiap tahun ongkos haji harus dibahas oleh pemerintah bersama DPR," katanya.


Ke depan, seiring dibentuknya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), penentuan BPIH bisa dilakukan sekali lima tahun. Pemerintah pun bisa bekerja lebih cepat, tidak perlu menunggu keputusan DPR dan penerbitan Keputusan Presiden tentang BPIH.


"Poin saya, penyelenggaraan haji Indonesia belum tentu lebih buruk dari negara-negara lain. Karena itu, kita tidak boleh merasa selalu tertinggal. Betul, masih banyak yang perlu disempurnakan. Itulah yang menjadi tugas kita semua sehingga semakin hari semakin baik," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya