Ketika Orang Tionghoa dan Jawa Ngopi Bareng

Klenteng Cu An Kiong di Lasem.
Sumber :
  • Foto: Dody Handoko/VIVA.co.id
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Lasem, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang memiliki jejak panjang kebudayaan Jawa-China. Ratusan tahun lalu, kota ini menjadi awal persinggahan imigran China di tanah Jawa, membuat Lasem dijuluki sebagai Tiongkok Kecil.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Hingga kini, Lasem masih menyemburatkan kesan kota dengan arsitektur zaman dulu. Di kanan-kiri jalan, nampak berderet-deret rumah Tionghoa model lama yang khas, dengan jendela dan pintu besar. Atapnya pun berbentuk seperti rumah Tionghoa zaman dulu.
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia


Kesan Tiongkok kecil semakin kental jika Anda masuk kawasan Pecinan, di Desa Karangturi. Sisi kanan dan kiri tampak bangunan rumah-rumah dengan arsitektur khas China yang dikelilingi tembok dengan gerbang bertuliskan huruf kanji yang berarti kalimat-kalimat bijak. Di beberapa rumah, huruf-huruf kanji tersebut tampak pudar karena tertutup cat, telah dihapus, atau ditutup dengan papan.


Banyak rumah-rumah tinggi besar berarsitektur langgam China yang dibungkus tembok, menyiratkan keadaan ekonomi pemiliknya yang kaya raya. Rumah-rumah kuno ini pada umumnya beratap genting keramik, sementara bangunan maupun dindingnya terbuat dari kayu jati.


Kabarnya, selain kayu, batik, dan garam yang dikirim lewat pelabuhan Lasem, candu adalah komoditas yang ikut meramaikan perdagangan di Lasem.


Pemukiman kaum China yang terkonsentrasi dalam satu wilayah, mengakibatkan Lasem menjadi kota yang unik. Tidak heran kalau seorang peneliti Prancis menyebutnya Petit Chinois atau China kecil.


“Saya resah karena bangunan Tionghoa kuno satu persatu dijual pemiliknya. Jika dibiarkan tidak mustahil istilah Tiongkok kecil tinggal kenangan,” kata Budayawan Lasem, Yon Suprayoga.


Jejak pembauran etnis Tionghoa dan Jawa masih terasa hingga kini di Lasem. “Jangan heran jika melihat warga Tionghoa dan orang Jawa bareng minum kopi di warung kopi bersama, ngobrol dengan bahasa Jawa,” ujar Yon.


Hal yang menjadi bukti kebesaran China di Lasem ialah peninggalan kain batik Laseman. Motif batik Lasem yang saat ini terkenal di seantero negeri, menyimpan kisah pertautan dua budaya, yaitu Tionghoa dan Jawa. Ragam hiasnya kental dengan pengaruh budaya China, seperti motif burung hong (lambang kemakmuran), kupu-kupu, banji dan kikin, berpadu serasi dengan motif geometris Jawa seperti parang, kawung atau udan liris.


Batik lasem mempunyai warna yang khas yaitu merah darah ayam (getih pitik). Hal ini disebabkan oleh kandungan air di Kota Lasem yang mempunyai kadar mineral berbeda dengan kota lain.


Sejak ratusan tahun lalu, Lasem juga dikenal sebagai sentra pengrajin batik. Hingga tahun 1970-an, produksi batik Lasem masih termasuk enam besar di Indonesia.


Ketika itu, pemasaran batik Lasem tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga menyebar ke Sumatera, Bali, Sulawesi, Semenanjung Malaka (Pulau Penang, Johor, dan Singapura), wilayah Asia Timur (terutama Jepang), bahkan Suriname.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya