Ritus Kematian Para 'Manusia Berekor'

Orang kalang di Kendal Jawa Tengah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Satu di antara ritus yang dijalankan adalah Upacara Obong Sependhak, sebuah ritus kematian purba masyarakat Kalang. Orang-orang akan membakar puspa, yakni boneka kayu representasi sosok orang yang telah meninggal setahun.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Turut dibakar, benda-benda peninggalan kesukaan almarhum, seperti pakaian, sandal dan uang receh. Baca Benda-benda itu diletakkan di dalam sebuah pancaka, gubuk kecil dari bambu dan alang-alang, sebelum akhirnya dibakar. Api dijaga supaya terus menyala, menghanguskan pancaka seisinya sampai tak bersisa. Mereka percaya, jika itu terjadi, lancarlah perjalanan arwah sampai ke alam sana.

Setelah api padam. Sebagian orang yang ikut ritual, segera menyerbu, mengorek-ngorek abu, mencari uang receh di sisa pembakaran.

Layaknya tradisi Jawa pada umumnya, mereka juga menggelar ritus setelah kematian, seperti geblakan, nyurtanah, nelungdina, mitungdina, matangpuluh, nyatus, mendhak, dan nyewu. Bedanya, ritus Orang Kalang terasa lebih njlimet.

Di luar ritus kematian, masih ada upacara lain yang dilakukan Orang Kalang secara berkala, seperti ewuhan dan gegalungan. Ewuhan adalah ritus penghormatan untuk leluhur mereka, Demang Kalang.

Orang Kalang meyakini leluhur pertama lahir pada Selasa Wage, sedangkan leluhur kedua pada Jumat Wage. Setiap hari-hari tersebut (empat kali dalam setahun), Orang Kalang memberi sesaji berupa gemblong, pisang, nasi kluban lengkap dengan lauknya, serta ingkung ayam.

Adapun gegalungan merupakan medium komunikasi antara Orang Kalang dengan leluhur yang dimitoskan sebagai anjing. Ritus itu biasanya dilakukan sebelum melaksanakan hajat tertentu.

“Untuk mengetahui adanya restu leluhur, malam hari, Orang Kalang menebar tepung di lantai rumah bagian dalam. Jika esok hari terlihat jejak kaki anjing di lantai, mereka yakin leluhur merestui hajat itu,” ujar Kelana.

Salah satu rumah Orang Kalang di Kendal

Salah satu rumah Orang Kalang di Kendal, Jawa Tengah. (VIVA.co.id/Dody Handoko)

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Sebagian besar Orang Kalang di Kabupaten Kendal masih menjalankan ritual-ritual itu. Namun dalam pelaksanaannya, ritus-ritus Kalang sudah dipengaruhi oleh tradisi Islam. Misalnya penyelenggaraan walimahan sebelum ritus obong sependhak, serta pelafalan doa-doa Islam di antara mantera dukun.

Orang Kalang tak menolak unsur budaya lain. Bahkan sejak Islam masuk ke Tanah Jawa, mereka menjadi penganutnya. Kendati demikian, Orang Kalang tak meninggalkan ritus-ritus yang diwariskan nenek-moyang mereka.

Islam dengan tradisi Kalang di Kabupaten Kendal berjalan seiring. Sebagai muslim, orang-Orang Kalang tak menganggap ritus mereka sebagai perbuatan syirik. Bagi mereka, Islam adalah agama, sedangkan ritus Kalang merupakan tradisi. Dua hal itu tak bisa dipersamakan atau dipersatukan.

"Kami hanya menjalankan naluri, yaitu naluri sebagai Orang Kalang," ujar Marno, Orang Kalang dari Desa Gemuh. Maka tak perlu heran jika banyak Orang Kalang yang meski telah menunaikan ibadah haji, tetap menjalankan ritual-ritual leluhurnya.

![vivamore="
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
Baca Juga :"]

[/vivamore]

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya