Menurut dia, software Malware tersebut merupakan virus yang dapat menyebar secara langsung ke layar monitor yang sedang mengakses jaringan internet, terutama kepada para nasabah yang mau melakukan teransaksi melalui e-banking.
Secara ototmatis virus Malware ini akan terunduh dan data nasabah yang sedang melakukan transaksi dikendalikan oleh cyber, sehingga uang yang ditransfer masuk ke kurir pelaku itu.
Kemudian, dari kurir tersebut langsung mengirim kepada pelaku yang posisi berada di Ukraina. Dan kurir mendapatkan keuntungan sebesar 10 persen dari setiap transfer ke pelaku tersebut.
"Kurir ini tidak tahu kalau itu tindakan kejahatan, dia pekerja profesional," ujar Viktor, di kantornya, Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 13 April 2015.
Dari hasil penyelidikan kepolisian, Victor menuturkan, ada 300 nasabah yang sudah menjadi korban dan Rp130 miliar uang nasabah yang berhasil dicuri oleh pelaku cyber.
"Ada 3 bank. Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan swasta," katanya.
Hingga saat ini, dari hasil proses penyelidikan ada 50 kurir dan baru diperiksa 6 kurir sebagai saksi kasus tindakan kejahatan tersebut. Akibat kejadian ini, kepolisian akan berkoordinasi dengan pihak bank guna membicarakan kasus ini. Dan polisi juga akan menjalin kerja sama dengan pihak Interpol untuk mengusut kasus tersebut.
Kemudian, Victor mengimbau, kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak menggunakan software palsu karena itu dapat dengan mudah terjangkit virus Malware.
"Saran kami jangan men-download aplikasi yang belum dimengerti pakainya, pastikan nasabah paham aplikasi sejelas-jelasnya terkait internet banking, upayakan pakai software asli," ujar Victor.
![vivamore="Baca Juga :"]
Kasus Pembunuhan Deudeuh, Perizinan Indekos Tebet Diperiksa
