Pakar: UN Berbasis Komputer Rawan Diretas Hacker

Koneksi Internet Dikeluhkan dalam Percobaan UN dengan Komputer
Sumber :
  • Anissa Maulida/Tangerang

VIVA.co.id - Pemerintah telah menetapkan metode baru dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Tahun ini, pemerintah menerapkan terobosan baru dengan menggelar Computer Based Test atau UN berbasis komputer.

UN Lancar, Mendikbud Berterima Kasih pada Hacker

Direktur ICT Institute, Heru Sutadi mengapresiasi niat baik pemerintah itu. Menurut dia, UN berbasis komputer merupakan jawaban dari tantangan dan proses distribusi soal yang dirasa kompleks.

"Itu (Computer Based Test) sangat cocok dan efektif. Namun, sebelum ini dilaksanakan secara nasional perlu pentahapan dan uji coba. Artinya, perlu diuji sistem di beberapa lokasi, apakah ada kendala. Misalnya, jumlah komputer, koneksi internet dapat diandalkan dan sistem penilaian dilakukan secara benar," ujarnya dalam pesan singkat kepada VIVA.co.id, Minggu, 12 April 2015.

Pernyataan Mengejutkan Aurel saat Dihujat Ikut Ujian Paket C

Selain itu, Heru menilai jika UN berbasis komputer rawan diretas oleh sejumlah oknum hacker untuk mencuri soal-soal ujian tersebut. Sebab, saat mendapatkan soal ujian, sekolah terlebih dahulu mengunduh file di server Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik).

"Itu tantangan terbesarnya, apakah soal-soal itu aman. Sebab, Indonesia kan dikenal sebagai negara dengan peretas-peretas yang hebat. Selain soal, juga jawaban dan nilainya pun rawan dicuri," ujarnya menambahkan.

Pelajaran yang Sulitkan Stuart Collin saat Ujian Paket C

Untuk itu, agar soal-soal UN ini tidak bocor terlebih dahulu ke tangan hacker sebelum ujian dilaksnakan. Maka, sudah seharusnya ada percobaan dahulu sebelum penggunaan.

"Sebelum digelar, perlu ada tahapan terlebih dahulu agar bisa diuji, semua sistemnya, mulai dari keamanan, jaringan, aplikasi soalnya, penilaian, dan ini butuh waktu bukan ujug-ujug," jelas pria yang pernah menjabat sebagai anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) ini.

Computer based test ini perlu dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk sekolah-sekolah atau provinsi tertentu lebih dulu, yang dinyatakan siap. Sebab, kalau tiba-tiba nasional, justru akan menimbulkan kompleksitas lain, seperti ada yang pakai tulis, ada yang pakai online, masalah soal-soal bagaimana dan bagaimana mekanisme penilaian.

"Pemerintah kalau bikin kebijakan jangan mendadak-mendadak gitu, perlu dibuat pentahapan. Misalnya tahun ini, kita umumkan tahun 2017 akan online secara nasional, tidak beberapa bulan sebelumnya. Kasihan siswa, sebab berbeda cara baca dan mengerjakan soal secara tertulis dan berbasis komputer. Makanya, test toefl saja antara nilai tes tulis dan tes online beda nilainya."

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya