Lawang Sewu, Kuburan Pejuang Pertempuran 5 Hari Semarang

Gedung Lawang Sewu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, pada awalnya Lawang Sewu merupakan gedung maskapai kereta api Belanda yang berkedudukan di negeri Belanda. Maskapai ini yang membuka rute kereta api (Semarang-Surakarta dan Yogyakarta ) pada 1872. Maskapai kereta api yang lebih dikenal dengan nama NIS ini mula-mula mengurusi administrasinya di sejumlah ruangan di Stasiun Tambak Sari, Semarang .

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Gedung ini semula menempati tanah seluas 18.231 meter persegi, namun karena yang 5.542,4 meter persegi diserahkan ke Pemda Semarang untuk perluasan kamar, maka gedung ni hanya menempati tanah 14.689,6 meter persegi. Keseluruhan gedung bangunan tersebut membentuk huruf L yang ujung lancipnya di tengah-tengah sebagai poros pintu utama tegak lurus ke atas, atap menara berbentuk kastil dan sebagian lagi berbentuk kubah yang membuatnya megah dan mewah.

Bangunan utama Lawang Sewu terdiri dari tiga lantai. Di lantai pertama kita akan menjumpai beberapa ruangan seperti ruang penjualan tiket, ruang administrasi, ruang tempat peletakan batu marmer yang sekarang sudah hilang.

Sementara itu dibagian lantai satu terdapat ruang perkantoran sekaligus dijadikan ruang pribadi para pegawai kantor kereta api pada masa itu, masing-masing ruang berukuran cukup luas dan memiliki jumlah pintu yang bervariasi antara 4 sampai 7, masing-masing ruangan dihubungkan oleh pintu. Di ruang utama akan di jumpai tangga menuju lantai 2. Di pertengahan tangga terdapat lukisan kaca, dalam lukisan tersebut ada dua gambar nona-nona dan di tengah gambar dua nona tadi terdapat gambar roda yang melambangkan kereta api.

Di lantai dua juga terdapat beberapa kamar seperti ruang penyimpanan senjata. Tidak hanya itu saja namun juga terdapat beberapa kamar yang dikhususkan untuk para pejabat. Kamar tersebut memiliki beberapa pintu kamar dan jendela yang menghubungkan antara kamar yang satu dengan kamar yang lain. Pintu kamar dan jendela tersebut memiliki jumlah 200 pasang.

Di lantai tiga terdapat berbagai aula yang memiliki fungsi antara lain pada masa Belanda digunakan sebagai tempat pertemuan, tempat santai, dan juga tempat dansa. Namun pada masa jepang memiliki fungsi sebagai tempat pembantaian bagi penduduk pribumi.

Di bawah atap aula tersebut terdapat besi baja yang melambangkan rel kereta. Di bagian lain lantai 3 juga ada dua menara tendon air dan tangki air yang digunakan untuk menyimpan persediaan air.

Selain menara, di atas bangunan terdapat cerobong kecil dan satu cerobong besar. Cerobong-cerobong kecil digunakan untuk ventilasi atau peredaran udara, sedangkan cerobong besar digunakan untuk mengintai musuh.

Selain ketiga lantai tersebut juga terdapat lantai bawah tanah. Tempat ini digunakan untuk memenjarakan orang pribumi yaitu para perompak dan para pemberontak.

Selain itu di samping bangunan utama, terdapat bangunan-bangunan lain di antaranya berfungsi sebagai tempat percetakan kereta api, dapur memasak, kamar mandi, dan makam orang pribumi. Ini adalah makam para pemuda yang mati dalam pertempuran lima hari di Semarang, pada zaman Jepang, Oktober 1945.

![vivamore="
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya