TNI: Visi Poros Maritim Harus Melibatkan Angkatan Udara

Marsekal Agus Supriatna
Sumber :
  • Setkab.go.id
VIVA.co.id
BPPT Kini Fokus Pada Industri Perkapalan
- Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Madya Agus Supriatna, mengatakan bahwa TNI mendukung sepenuhya visi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Jalur laut Indonesia strategis karena menghubungkan dua samudera: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Prancis Tertarik Ikut Garap Proyek Poros Maritim RI

Namun, kata Agus Supriatna, untuk mewujudkan visi besar itu, harus melibatkan juga kekuatan TNI Angkatan Udara, tak hanya TNI Angkatan Laut. Sebab kekuatan TNI Angkatan Laut memerlukan dukungan sumber daya dan alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Udara.
Jaga Sumber Daya Laut, Prioritas TNI AL Tahun Ini


"Ini (poros maritim dunia) tidak akan terwujud jika tidak mempunyai Angkatan Udara yang capable (mumpuni), karena setiap pergerakan di laut juga harus atas penguasaan kita (TNI AU),” kata Agus kepada wartawan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 7 April 2015.


Presiden Joko Widodo memaparkan visi kelautan Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Asia Timur di Naypyidaw, Myanmar, 13 November 2014. Menurut Presiden, pengembangan sektor kelautan untuk menjadi poros maritim dunia menjadi fokus Indonesia pada abad ke-21.


Indonesia berkepentingan untuk ikut menentukan masa depan kawasan Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia menginginkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik tetap damai dan aman bagi perdagangan dunia.


Lima pilar


Ada lima pilar utama untuk mewujudkan poros bahari itu. Pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas 17 ribu pulau, Indonesia harus menyadari identitas dan sumber kemakmuran serta masa depan ditentukan baik-buruk pengelolaan samudera.


Pilar kedua ialah komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan. Nelayan harus diberdayakan karena mereka adalah ujung tombak pembangunan sektor kelautan.


Pilar ketiga adalah komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.


Pilar keempat, mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan. Di antaranya, mengurangi sumber konflik di laut, pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut.


Pilar terakhir adalah sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal itu penting bukan hanya untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim Indonesia, tetapi juga bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Anwar Sadat/Jakarta

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya