Kisah Nurdin, Si Buta Pemanjat Kelapa Terbalik dari Majene

Nurdin saat memanjat kelapa dalam posisi terbalik
Sumber :
  • VIVA.co.id/TV one/Rasman Abdul
VIVA.co.id
Tips Sukses Jalani Usaha Kecil dari Pengusaha Sepatu
- Menderita kebutaan sejak lahir bukanlah halangan bagi Nurdin, 32 tahun. Lelaki asal Majene, Sulawesi Barat, ini mampu membuktikan bahwa ia mampu bekerja sebagai pemanjat pohon kelapa.

Kisah Sukses Pria Probolinggo, Pilih Berdagang daripada PNS

Hebatnya, Nurdin juga mampu memanjat dan turun dengan posisi terbalik. Kepala di bawah dan kaki diatas. Tentu pola ini sangat tak lazim, tapi sekali lagi Nurdin terbukti mampu menunjukannya ketika memanjat kelapa yang menjulang tinggi.

"Membalikkan badan saat saya turun dari atas pohon membuat saya bisa lebih cepat dan mudah turun," ujar Nurdin, Jumat 20 Maret 2015.

Matanya yang buta, membuat nyali Nurdin jauh lebih hebat dibanding pemanjat kelapa yang lain. Sebab itu, ia mengaku tak pernah takut sekalipun harus turun dengan kepala lebih dulu.

"Lebih baik kepala saya yang duluan turun. Saya bisa lebih cepat. Tidak ada yang harus saya takutkan," cerita Nurdin.

Atraksi memanjat dengan kepala di bawah, diakui Nurdin sudah sejak kecil dilakukannya. Ia pun kerap berganti gaya bila sudah merasa lelah. "Sudah sejak kecil terbiasa memanjat begini. Yang tidak bisa, janganlah ditiru, karena bahaya," ujar warga Kelurahan Baruga Dhua Kecamatan Banggae Timur ini.

Hidup Mandiri

Sehari-hari, sejak pagi buta Nurdin sudah meninggalkan kediamannya menuju kebun kelapa milik warga yang berjarak sekira 500 meter dari rumahnya. Ia selalu berjalan sendiri tanpa bantuan. Bahkan karena hafalnya, ia berjalan layaknya orang yang bisa melihat.

Pekerjaan memetik kelapa pun dilakoninya hingga menjelang tengah hari. "Kalau sudah siang, saya kembali ke rumah untuk makan. Biasanya sudah disiapkan istri menu kesukaan saya yakni gula merah dan Sokko (beras ketan yang dikukus). Usai makan baru kerja lagi," ujar Nurdin.

Biasanya, sejak siang hingga sore, Nurdin kembali bekerja. Namun tak lagi memanjat kelapa. Ia memilih untuk menjadi buruh  'Masukke' atau pengupas kulit kelapa. Namun untuk perjalanan kali ini ia harus diantar sang istri, Sutra, 29 tahun.

Dibalik keterbatasannya tersebut, siapa sangka lagi ternyata Nurdin, begitu cekatan untuk mengupas ribuan kelapa milik para pengumpul. Tentu pekerjaan ini juga tak mudah.

Sebab harus menggunakan besi tajam khusus yang telah dirancang agar dapat menyobek dan membuang kulit kelapa yang tebal.

"Kadang kalau lagi banyak kelapanya. Kami bisa mengupas sampai 2000 biji. Upahnya lumayan dapat Rp140.000. Nanti dibagi dengan dua rekan saya yang juga membantu mengupas. Jadi bisa dapat Rp40 ribu per orang," ujar Nurdin.

Menabung untuk Persalinan Istri

Dari Bisnis Online, Pria 25 Tahun Bisa Beli Rumah dan Mobil

Di lain sisi, Nurdin kini mengaku tengah bergembira. Karena ia sedang menunggu kelahiran anaknya yang sedang dikandung Sutra, sang istri.

Sebab itu, ia pun berusaha keras untuk tetap selalu menyisihkan pendapatannya untuk menyiapkan biaya persalinan istrinya. "Kadang kalau ada Rp5 ribu saya tabung, ada Rp10 ribu juga saya tabung," katanya.

Bagi Nurdin, kelahiran anak pertamanya tersebut jauh diatas segalanya. Sehingga tak jarang, demi menjaga istrinya, ia mengurangi kerja memetik kelapanya.

"Doakan saja anak saya selamat lahirnya. Tabuangan saya terus saya tambah. Istri kadang tidak tahu sudah berapa. Tapi saya usahakan terus ditabung tiap hari," tutur Nurdin. (ren)

![vivamore="
Baca Juga
:"]







[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya