Ketua MPR: Kuba Sahabat Sejati Indonesia

Ketua MPR Zulkifli Hasan
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Zulkifli Hasan, menerima Duta Besar Kuba untuk Indonesia, Enna Viant Valdes. Enna menyampaikan rencana Parlemen Kuba yang akan berkunjung ke Indonesia menyusul dibukanya embargo oleh Amerika Serikat.

3-12-1961: AS Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Kuba

Zulkifli menyambut baik rencana kunjungan Parlemen Kuba tersebut. Ia mengaku turut gembira dengan dibukanya kembali hubungan diplomatik Kuba dengan Amerika Serikat sekaligus memperbaiki hubungan kedua negara.

"Kuba sahabat sejati Indonesia baik dalam keadaan susah atau pun senang. Saya menyambut gembira. Saya prihatin Kuba diperlakukan tak adil oleh negara lain selama ini," katanya di Jakarta, Selasa, 17 Maret 2015. .

Zulkifli mengaku salut dengan kemampuan Kuba bertahan dari embargo yang hampir 55 tahun dari berbagai negara. Terutama pada kemampuan ekonominya yang terus bertahan.

9-10-1967: Gerilyawan Kuba Che Guevara Tewas Ditembak

Ia menjelaskan, sejak lama Indonesia mempunyai hubungan dengan Kuba meski hubungan itu sempat mendingin. Zulkifli berharap, di era baru ini hubungan kedua negara semakin membaik.

"Saya undang parlemennya datang kemari, untuk melihat perkembangan Indonesia. Saya yang mengundang agar parlemen Kuba bisa membangun seperti Indonesia," ujar Ketua Umum Parta Amanat Nasional ini.

Hubungan AS-Kuba Resmi Pulih, Embargo Masih Berlaku

Menurut dia, dalam isu internasional, Indonesia dan Kuba mempunyai sikap yang sama, terutama terkait dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Saya mau tunjukkan bahwa Indonesia bukan negara teroris dan ISIS. Sama seperti Kuba yang anti-ISIS."

Sebelumnya, hubungan diplomatik antara Amerika dengan Kuba membeku setelah revolusi Kuba pecah pada tahun 1959. Hubungan itu mencair pada Rabu 17 Desember 2014, saat Presiden Obama menginstruksikan pembukaan hubungan diplomatik dengan Kuba sekaligus membuka kantor kedutaan Amerika di Havana. Keputusan mengejutkan ini keluar setelah perundingan panjang selama 18 bulan.


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya