Kisah Tragis 11 Orang Rimba Jambi Mati Kelaparan

Suku Anak Dalam.
Sumber :
  • Antara

VIVA.co.id - Di balik rerimbunan pohon di tengah sebuah rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas di Provinsi Jambi, tampak sekelompok orang bertelanjang dada tengah menangis dan meratap di hadapan seorang anak kecil yang terbaring kaku di dalam gubuk kecil.

Orang-orang bertelanjang dada ini bukanlah sedang melakukan sebuah ritual adat. Mereka sedang meratapi kematian seorang anak kecil yang baru saja mengembuskan napas terakhirnya, karena tak mampu lagi menahan rasa lapar yang mendera.

Mereka ini adalah kelompok kecil bagian dari manusia alam yang selama ini dikenal dengan sebutan Suku Anak Dalam. Tangisan dan ratapan para Suku Anak Dalam itu dahulu kala sangat jarang terdengar.

Namun, dalam dua tahun terakhir ini, tangisan dan ratapan para Suku Anak Dalam semakin sering terdengar seiring dengan mulai berkurangnya hutan tempat mereka hidup.

Lembaga pemerhati kehidupan suku terasing, orang rimba Jambi, dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mencatat, sejak September 2014 hingga saat ini, sudah ditemukan sedikitnya 11 orang rimba yang meninggal dunia karena kelaparan.

Yang sangat memilukan, tujuh dari 11 orang rimba yang meninggal karena kelaparan itu adalah anak-anak Suku Anak Dalam.

"Sungguh ironis, mereka kelaparan karena perbuatan dari saudara mereka sendiri yang membabat habis hutan tempat mereka mencari makan," kata aktivis KKI Waris, Robet Aritonang

Orang Rimba Jambi di Ambang Punah

Selanjutnya Makan Harimau....


Ancaman kematian akibat kelaparan itu bukan sebuah cerita belaka. Karena, selain mereka yang telah tiada, saat ini tercatat ada anak-anak Suku Anak Dalam tengah berjuang agar tetap hidup dalam kondisi kekurangan pangan dan gizi.

"Ada tiga anak yang telah didiagnosa positif menderita kekurangan pangan dan gizi," ujar Dokter Firdaus, kepala Unit Pelayanan RS Batanghari, Jambi.

Makan Harimau

Hutan belantara Jambi itu kini sudah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit berskala nasional.

Kondisi ini tentu bukan sesuatu yang menguntungkan bagi Suku Anak Dalam. Sebab, seiring dengan berkurangnya hutan, semakin berkurang juga ketersediaan makanan bagi Suku Anak Dalam.

Kini, untuk mendapatkan seekor rusa untuk dimakan berhari-hari pun rasanya sulit. Padahal, dahulu belantara Jambi adalah surga makanan bagi Suku Anak Dalam.

"Kini, mereka terpaksa hidup di bawah-bawah pohon sawit yang kering," kata Robet Aritonang.

Robet menjelaskan, data yang dimiliki KKI Warsi menyebutkan, jumlah warga Suku Anak Dalam yang hidup di sekitar Hutan Bukit Duabelas tak lebih dari 70 kepala keluarga.

Mereka hidup dalam penderitaan, karena kekurangan makanan dan juga air. Bahkan, belakangan ini diketahui ada Suku Anak Dalam yang nekat memburu dan memakan daging Harimau Sumatera.

"Harimau adalah dewa bagi mereka, tapi sekarang terpaksa dimakan," papar Robet.

Tak ada upaya dan usaha dari pemerintah setempat dan pemerintah pusat untuk dapat melindungi serta menjaga kehidupan orang rimba itu.

Jika hal ini terus dibiarkan, kelak anak cucu hanya dapat mengetahui tentang sejarah Suku Anak Dalam melalui dongeng dan buku sejarah saja. (art)

Ini Pemicu Kemarahan Suku Rimba di Kungkai

Bayu Alfarizi - Jambi


Ludah Picu Bentrok Warga Kungkai dan Suku Rimba
![vivamore=" Baca Juga
:"]


[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya