Gurita Sindikat Begal di Surabaya

Gurita Sindikat Begal di Surabaya
Sumber :
  • Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya
VIVA.co.id
Aplikasi Antibegal Bikinan Mahasiswa ITS
- Komplotan begal yang beroperasi di Surabaya tidak lepas dari jaringan terorganisasi yang berhasil dibongkar Polrestabes Surabaya pada 2014. Kelompok paling tersohor adalah kelompok Tragah, yang dalam dialek Madura dibaca
trageh
Modus Baru Begal, Pura-pura Tersenggol Motor Korban
.
Ibu Rumah Tangga Jual Ribuan 'Pil Setan' ke Begal

Disebut kelompok Tragah karena anggotanya berasal dari sebuah Kecamatan Tragah di Kabupaten Bangkalan, Madura. Kelompok itu kemudian berkembang di dua Desa Jaah dan Ketelang. Lantas disebut kelompok Jaah dan Ketelang.

"Yang jelas kelompok Tragah terbagi menjadi dua: kelompok Jaah sama Ketelang," kata Kepala Unit Reserse Mobile (Resmob) Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Polisi Agung Pribadi, kepada VIVA.co.id
, Jumat, 6 Maret 2015.


Dua kelompok yang sama-sama berasal dari Tragah itu dipimpin dua tokoh yang sudah berhasil dilumpuhkan Crime Hunter Polrestabes Surabaya.


"Kalau kelompok Jaah dipimpin Cak Rohman. Kalau kelompok Ketelang dipimpin Brewok. Masing-masing memiliki anggota terlatih sekitar 12 orang," papar Agung.


Mantan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sidoarjo itu menuturkan, daerah operasi kejahatan jalanan yang dilakukan kelompok Tragah, di antaranya, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Bangkalan, dan Sampang.


"Kita memantau mulai adanya pergerakan kelompok ini sejak awal tahun 2014. Awalnya jarang tapi makin ke belakang makin sering dan sporadis," tutur Agung.


Selain solid dan intensif melakukan regenerasi, kelompok Tragah adalah kelompok begal yang terkenal sadis. "Kelompok Tragah dua-duanya sama lebih sadis. Tapi kelompok lain seperti kelompok Kedondong ini pun juga tidak segan membacok dan menusuk korbannya," ungkapnya.


Agung menambahkan, karakteristik kelompok Tragah sangat identik dengan senjata celurit (senjata khas Madura). Sementara untuk kelompok lain biasanya menggunakan pisau penghabisan.


Saat ini, kata Agung, kelompok Tragah tengah tiarap setelah dua pimpinannya berhasil dilumpuhkan. "Cak Rohman kita tembak mati dan Brewok ketangkap sekitar November 2014," kata Polisi yang terkenal ahli menembak itu.


Setelah kelompok Tragah


Setelah kelompok Tragah tiarap, beberapa kelompok penjahat jalanan muncul dari kota Surabaya sendiri. Antara lain, kelompok Kedondong, Tanjungsari, Rolak. Kelompok yang muncul dari kecamatan-kecamatan tertentu di Surabaya itu didominasi kalangan muda.


"Di kelompok Kedondong ini yang ditakuti namanya Marcel. Orang ini lagi kami pantau karena baru keluar dari tahanan (lembaga pemasyarakatan)," kata Agung.


Kelompok-kelompok penjahat jalanan asal Surabaya berbeda dengan kelompok Tragah. Rata-rata mereka tidak serapi kelompok Tragah saat beraksi.


Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya, Komisaris Besar Polisi Setija Junianta, memaparkan bahwa tahun 2015 Surabaya sudah sepi dari Begal. Namaun aksi-aksi jambret jalanan masih ada. Rata-rata didominasi remaja di bawah umur.


"Mereka remaja di bawah umur yang pendidikan dan keluarganya tidak baik. Putus sekolah dan broken home," kata  Setija di Markas Polrestabes Surabaya, kemarin.


Pola regenerasi penjahat jalanan itu, kata Setija, bermula dari minum minuman keras dan nongkrong. "Lalu terjadi pengaruh untuk melakukan kejahatan. Yang namanya anak muda cepat terpengaruh. Suatu kebanggaan bila sudah berani beraksi," katanya.


Polisi terus menggandeng TNI serta unsur terkait seperti tokoh agama, tokoh, masyarakat serta Pemerintah Kota Surabaya untuk membantu mengatasi pengaruh buruk itu.


"Kalau hanya diberantas permukaannya saja, tidak bisa sepenuhnya bersih. Tapi perlu penguatan fondasi bagi generasi muda di Surabaya agar terjaga dari perilaku negatif," ujar dia. (ren)



Baca juga:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya